Bintik-bintik gelap Neptunus, khususnya Bintik Gelap Besar (GDS-89), pertama kali diamati oleh wahana antariksa Voyager 2 milik NASA pada tahun 1989. Bintik-bintik ini mirip dengan Bintik Merah Besar milik Jupiter, tetapi durasinya jauh lebih pendek. Tidak seperti bintik merah milik Jupiter yang berlangsung selama ratusan tahun, bintik-bintik gelap di Neptunus terbentuk dan menghilang setiap beberapa tahun. Fenomena ini telah menimbulkan banyak pertanyaan di kalangan ilmuwan. Rahasia apa yang tersembunyi di balik kemunculan bintik-bintik gelap ini dan siklus hidupnya?
Pengamatan terhadap Bintik Gelap Besar menunjukkan bahwa bentuknya elips dan ukuran awalnya dapat mencapai 13.000×6.600 kilometer, yang sebanding dengan ukuran Bumi. Bentuk dan pola aliran udara yang unik ini membuat Bintik Gelap Besar ada dalam bentuk antisiklon, tetapi bagian dalamnya yang relatif tak berawan berbeda dengan Bintik Merah milik Jupiter.
"Gumpalan gelap Neptunus diperkirakan merupakan lubang di awan metana, dan angin yang mengorbit ini dapat mencapai 2.100 kilometer per jam, angin tercepat yang pernah tercatat di tata surya."
Di sekitar Bintik Gelap Besar, para ilmuwan telah mengamati awan putih yang mirip dengan awan sirrus tingkat tinggi Bumi, tetapi awan ini terdiri dari kristal metana es. Awan ini terbentuk dan menghilang selama beberapa jam, tetapi di Bintik Gelap Besar, awan ini bertahan selama 36 jam, lebih dari dua rotasi.
Pada tahun 1994, ketika Teleskop Luar Angkasa Hubble memotret Bintik Gelap Besar lagi, bintik itu telah menghilang tanpa jejak, yang menyebabkan para ilmuwan berspekulasi bahwa bintik itu mungkin telah tertutup atau menghilang sepenuhnya. Meskipun lapisan awan terkait yang bertahan menunjukkan bahwa beberapa bekas bintik hitam masih ada sebagai siklon, fitur hitamnya tidak lagi terlihat.
Bintik-bintik itu mungkin menghilang karena migrasi ke arah ekuator atau mekanisme lain yang tidak diketahui. Berdasarkan pengamatan yang ada, bintik-bintik hitam ini tampaknya mulai menunjukkan sifat yang sangat sementara.
Seiring para ilmuwan terus mengamati Neptunus, mereka menemukan beberapa bintik hitam lainnya. Misalnya, bintik hitam utara, yang pertama kali diamati oleh Teleskop Luar Angkasa Hubble pada tahun 1994, sangat stabil dan bermigrasi secara perlahan. Kemudian, pada tahun 2015 dan 2016, dua bintik hitam yang baru terbentuk ditemukan, masing-masing dengan karakteristiknya sendiri, tetapi keduanya tampaknya menunjukkan tanda-tanda peningkatan aktivitas awan tinggi.
"Menurut beberapa penelitian penting sebelumnya, kemunculan bintik-bintik gelap ini sering kali disertai lonjakan aktivitas awan dan bisa menjadi pertanda perubahan iklim yang lebih besar."
Menghadapi misteri Neptunus, komunitas ilmiah telah mengusulkan beberapa konsep misi eksplorasi. Ini termasuk misi Trident yang diusulkan untuk tahun 2021, yang bertujuan untuk menjelajahi Neptunus dan bulannya Triton, dengan harapan untuk mendapatkan wawasan tentang iklim Neptunus dan pembentukan bintik-bintik gelap.
Meskipun misi saat ini menghadapi persaingan, rencana eksplorasi seperti itu tidak diragukan lagi akan memberikan peluang penting untuk memecahkan misteri bintik-bintik gelap Neptunus. Bagaimana bintik-bintik gelap misterius ini terbentuk dan mengapa mereka menghilang begitu cepat? Pertanyaan-pertanyaan ini terus membingungkan para ilmuwan dan memicu imajinasi tanpa akhir tentang eksplorasi alam semesta di masa depan.
Seiring penelitian Neptunus semakin mendalam, fenomena aneh bintik-bintik gelap menjadi semakin menarik. Bagaimana kita dapat memahami dinamika dan hukum fisika di balik fitur-fitur astronomi yang cepat berlalu namun menarik ini?