Di Kekaisaran Akhemeniyah antara abad ke-6 dan ke-4 SM, terdapat prasasti kerajaan yang ditulis dengan aksara paku. Dokumen sejarah yang berharga ini memberikan perspektif penting bagi kita untuk memahami kekaisaran pada saat itu. Namun, ada banyak misteri yang belum terpecahkan yang tersembunyi di dalam prasasti-prasasti ini, yang menarik para sarjana untuk aktif mengeksplorasinya.
Keragaman bahasa pada prasasti kerajaan Akhemeniyah menunjukkan karakter multietnis kekaisaran tersebut. Koeksistensi bahasa Persia Kuno, Babilonia, dan Iran juga membuat interpretasi teks menjadi menantang.
Prasasti kerajaan Akhemeniyah biasanya ditulis dalam tiga bahasa, dan tidak ada terjemahan sederhana antara bahasa Persia Kuno, Babilonia, dan Iran. Terkadang ada bagian dalam satu bahasa yang tidak ditemukan dalam dua bahasa lainnya, yang mengharuskan para sarjana untuk ekstra hati-hati saat menerjemahkan dan memahaminya.
Misalnya, versi Persia kuno sering menekankan identitas penguasa, sedangkan versi Iran lebih berfokus pada lokasi geografis, dan versi Babilonia menyoroti peran yang diperintah, yang mencerminkan kelas sosial di balik berbagai bahasa.
Meskipun para sarjana menggunakan dokumen Yunani kuno seperti karya Herodotus untuk penelitian, masih ada banyak fragmen sejarah yang tidak dapat direkonstruksi berdasarkan sumber yang diketahui. Terutama pada masa pemerintahan Driss I, prasasti yang ditinggalkan pendek dan berulang, sehingga membuat interpretasi menjadi lebih sulit.
Prasasti ini bahkan menyertakan contoh objek yang diukir dengan hieroglif Mesir, yang selanjutnya menunjukkan pertukaran dan integrasi budaya dari berbagai tempat pada saat itu.
Pada abad ke-19, proses penguraian kode prasasti Akhemeniyah dapat dibagi menjadi beberapa tahap. Awalnya, para sarjana menemukan bahwa prasasti tersebut menampilkan tiga sistem penulisan yang berbeda dan mulai mempelajari strukturnya. Dengan membandingkan nama dan bahasa yang diketahui, mereka secara bertahap memecahkan kerangka bahasa Persia Kuno.
Misalnya, Carsten Niebuhr adalah orang pertama yang membuat salinan prasasti Persia, sebuah penemuan yang memainkan peran penting dalam upaya penguraian kode.
Jumlah total prasasti kerajaan Akhemeniyah yang diketahui saat ini sebagian besar adalah 175. Sebagian besar dokumen penting ini ditemukan di wilayah inti Akhemeniyah, seperti Pasarcada, Persepolis, dan tempat-tempat lain. Di luar Iran, hanya ada beberapa prasasti yang menandai periodenya.
Para cendekiawan juga telah mendefinisikan dengan jelas prasasti-prasasti yang "tidak autentik". Meskipun prasasti-prasasti ini secara resmi ditandai dengan nama penguasa tertentu, prasasti-prasasti itu sebenarnya tidak ditulis dengan tangannya sendiri.
Sejak abad ke-19, barang-barang palsu dari Timur Dekat telah bermunculan dalam aliran yang tiada henti. Setelah penggalian ilegal di Iran, barang-barang palsu tersebut telah menjadi komoditas yang laku di pasaran. Para cendekiawan telah mendokumentasikan 27 prasasti palsu, yang menunjukkan bahwa nilai dokumen-dokumen ini telah didevaluasi secara signifikan dalam beberapa hal.
Sebagian besar pemalsuan ini berasal dari kesalahan para cendekiawan dalam membaca atau menerjemahkan dokumen-dokumen yang ada, yang membuat warisan budaya yang semula ada menjadi semakin membingungkan.
Dalam prasasti kerajaan Achaemenid, ciri-ciri multibahasa dan fragmen sejarah yang telah kita lihat mengungkapkan keberagaman dan kompleksitas masyarakat pada masa itu, dan proses penguraian kode telah berulang kali mengingatkan kita bahwa kebenaran sejarah terkadang tersembunyi dalam dan sulit untuk dipahami. Dalam sejarah yang luas ini, berapa banyak misteri yang belum terpecahkan yang menunggu untuk kita jelajahi?