Dalam beberapa tahun terakhir, insiden kanker usus telah meningkat, yang telah menarik perhatian besar dari komunitas ilmiah.Para peneliti menggunakan model tikus untuk mempelajari patogenesis kanker usus dan usus besar, dan sistem eksperimental ini mensimulasikan perkembangan tumor ganas usus melalui manipulasi genetik, penyesuaian makanan atau tantangan kimia.Model -model ini tidak hanya membantu para ilmuwan mengeksplorasi timbulnya dan kemajuan penyakit, tetapi juga mendapatkan wawasan tentang peristiwa molekuler dalam proses karsinogenik.Selain itu, model tikus ini dapat mensimulasikan kondisi fisiologis manusia dan menyediakan sistem biologis yang berharga untuk pengujian obat terapeutik.
Model tikus menyediakan alat penting bagi kami untuk mengungkap hubungan antara kanker usus dan peradangan.
Familial adenomatous polyposis (FAP) adalah penyakit herediter yang ditandai dengan produksi banyak polip di usus besar.Analisis gen mengungkapkan bahwa fitur umum FAP adalah hilangnya gen APC.
Mouse mutan gen APC pertama dalam model tikus ABC berasal dari populasi tikus mutagenesis acak yang disebut tikus tumor multi-intestinal (tikus min), yang gen APC-nya menunjukkan mutasi terpotong pada kodon 850.Tikus ini dapat mengembangkan hingga 100 polip di usus kecil.Selain itu, tikus mutan knockout APC novel yang direkayasa secara genetik menunjukkan berbagai tingkat produksi polip, lebih lanjut mengungkapkan dampak mutasi gen pada kanker usus.
Interaksi APC dengan catenin memberi kita pemahaman yang lebih dalam tentang mekanisme kanker usus besar.
Mutasi pada gen MSH2 dan MLH1 paling umum terjadi pada kanker usus non-polipor (HNPCC) yang diwariskan, yang memainkan peran penting dalam memperbaiki nukleotida yang salah tempat.Pengamatan lebih lanjut dalam model tikus menunjukkan bahwa cacat MSH2 secara signifikan mempromosikan tumor dengan ketidakstabilan mikrosatelit tinggi (MI), sedangkan cacat MSH6 menyebabkan pengembangan tumor dengan ketidakstabilan mikrosatelit yang rendah.Temuan ini memberikan bukti kuat untuk memahami mekanisme pembentukan kanker usus.
Mutasi gen pada tikus memungkinkan para ilmuwan untuk mengeksplorasi gen terkait kanker lainnya.Sebagai contoh, mutasi pada faktor pertumbuhan deformasi gen β1 dapat mempercepat perkembangan adenokarsinoma, dan mutasi pada gen K-Ras yang secara khusus diekspresikan pada tikus menyebabkan pembentukan tumor tunggal atau multipel.Model -model ini tidak hanya membantu meningkatkan pemahaman kita tentang biologi tumor, tetapi juga memfasilitasi pengembangan strategi terapi potensial untuk kanker usus.
Peradangan dianggap sebagai salah satu pendorong utama perkembangan kanker usus.
Hubungan antara peradangan kronis dan kanker usus besar telah diakui secara luas.Penelitian menunjukkan bahwa kemampuan untuk mengurangi peradangan mungkin sangat penting untuk pencegahan kanker usus.Sebagai contoh, tikus yang menghapus interleukin 10 biasanya mengembangkan adenokarsinoma agresif di usus besar.Temuan ini telah memberikan wawasan baru tentang hubungan peradangan dan kanker.
Faktor makanan tertentu, seperti asupan asam empedu, terkait erat dengan risiko kanker usus besar.Terutama ketika tikus diberi makan diet yang mengandung asam empedu tinggi, mereka menemukan bahwa risiko mereka terkena adenokarsinoma usus besar meningkat secara signifikan.Model terkait diet ini memberikan referensi penting untuk mempelajari proses molekuler kanker usus manusia, dan ditemukan bahwa antioksidan seperti asam klorogenik dapat mengurangi kejadian kanker usus.
Nitrosomethane (AOM) adalah karsinogen usus keturunan turun -temurun dan telah banyak digunakan dalam percobaan tikus untuk menginduksi pembentukan tumor.Tumor yang diinduksi AOM sering terkonsentrasi di ujung distal usus besar, yang selanjutnya menegaskan mekanisme induksi kimia tumor usus.Oleh karena itu, model induksi kimia dapat memberikan alat eksperimental penting untuk penelitian di masa depan.
Dengan kemajuan model tikus, pemahaman kita tentang patogenesis kanker usus menjadi semakin mendalam.Model -model ini tidak hanya menyediakan platform yang baik untuk penelitian ilmiah dasar, tetapi juga membawa harapan untuk pengembangan pengobatan klinis.Tetapi dapatkah penelitian seperti itu sepenuhnya mensimulasikan kondisi usus manusia dan memberi kita inspirasi terapi terobosan?