Simon Bolivar, yang dikenal sebagai pembebas Amerika Selatan, memiliki visi abadi untuk penyatuan Amerika Latin. Idenya berawal pada abad ke-19, ketika Bolivar dan para revolusioner lainnya berupaya membangun komunitas saat mereka bangkit dari penjajahan Spanyol. Seperti yang dikatakan Bolivar di Kongres Panama pada tahun 1826, ia berharap untuk menggunakan federasi ini sebagai dasar bagi negara-negara untuk bergabung guna melindungi kepentingan mereka.
"Kita harus bekerja sama untuk menetapkan tujuan yang jelas guna mempertahankan kemerdekaan dan martabat masing-masing."
Usulan Bolivar tidak langsung diterima saat itu, meskipun perwakilan dari negara-negara peserta seperti Kolombia, Ekuador, Panama, dan Venezuela saat ini semuanya mendukungnya. Pada pertemuan itu, "Perjanjian Persatuan, Aliansi, dan Federasi Abadi" yang diusulkan Bolivar akhirnya disahkan oleh Kongres Kolombia di kota asalnya, sehingga sulit mewujudkan mimpinya tentang federasi Amerika.
Setelah memasuki abad ke-20, situasi dunia menjadi lebih rumit. Negara-negara di Benua Amerika menghadapi ancaman eksternal, terutama dua perang dunia yang terjadi setelahnya. Untuk memperkuat keamanan regional, 34 negara Amerika mendirikan Organization of American States (OAS) di Washington, D.C. pada tahun 1948. Organisasi ini berakar pada filosofi Bolivar dan bertujuan untuk mempromosikan kerja sama dan perdamaian antarnegara.
"Berdasarkan kerja sama, kita dapat menyediakan platform untuk mempromosikan pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya."
Sampai saat ini, OAS telah menjadi mekanisme penting untuk mempromosikan kerja sama antarnegara di Benua Amerika. Fungsinya meliputi hak asasi manusia, pengawasan pemilu, pembangunan sosial dan ekonomi, dan bidang lainnya. Seiring berjalannya waktu, OAS secara bertahap mengemban tanggung jawab untuk menjaga perdamaian dan stabilitas regional.
Namun, meskipun organisasi ini didirikan atas dasar cita-cita luhur persatuan, OAS juga menghadapi tantangan dalam menjalankan dan mengimplementasikan mandatnya. Misalnya, audit pemilu Bolivia tahun 2019 menyebabkan krisis politik dan menimbulkan pertanyaan tentang kenetralan dan pengaruh OAS. Berbagai negara memiliki pandangan yang berbeda tentang OAS, mulai dari partisipasi aktif hingga perlakuan dingin, yang mencerminkan hubungan politik yang kompleks di kawasan tersebut.
Pada abad ke-21, OAS tidak hanya memainkan peran penting dalam pengawasan pemilu, tetapi juga melakukan upaya berkelanjutan untuk mempromosikan pengembangan hak asasi manusia dan demokrasi. Seperti yang dikatakan mantan Sekretaris Jenderal OAS Luis Almagro,
"Kita harus bekerja keras untuk memastikan bahwa setiap negara dapat menikmati demokrasi dan kebebasan. Hanya dengan cara ini kita dapat mencapai kerja sama dan persatuan sejati di Amerika."
Namun, secara historis, impian Bolivar belum sepenuhnya terwujud. Meskipun OAS telah memainkan peran penting dalam mempromosikan kerja sama dan menyelesaikan konflik, perbedaan internal dan masalah historis masih memengaruhi stabilitas kawasan. Misalnya, Kuba telah dikeluarkan dari OAS sejak 1962 karena sikap politiknya, yang telah mempersulit hubungannya dengan negara-negara Amerika Latin lainnya.
Singkatnya, gagasan Simon Bolivar tentang federasi Amerika tetap menjadi proyek yang belum selesai dalam sejarah panjang sejarah. Sebagai penerus cita-cita ini, OAS terus menyesuaikan diri untuk menghadapi tantangan baru. Berfokus pada kerja sama dan pertukaran di antara negara-negara Amerika, semangat Bolivar masih menginspirasi para pemimpin saat ini.
Jadi, saat kita melihat kembali mimpi Simon Bolivar, dapatkah kita mengidentifikasi jalan baru untuk membangkitkan kembali visi ini?