Dalam masyarakat modern, olahraga telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Banyak orang bekerja keras untuk membangun kekuatan otot dan kebugaran, tetapi menemukan bahwa beberapa atlet yang kuat tidak tampil baik dalam olahraga ketahanan seperti lari atau renang. Mengapa demikian? Menurut penelitian ilmiah, ada faktor biologis yang kompleks di balik fenomena ini.
Ketika kita membahas ketahanan, kita harus memahami dampak fungsi kardiopulmoner, jenis serat otot, dan faktor genetik terhadap ketahanan.
Fungsi kardiorespirasi mengacu pada kemampuan jantung dan paru-paru untuk membawa dan menggunakan oksigen selama berolahraga. Bahkan jika seseorang memiliki otot yang kuat, jika kapasitas kardiorespirasinya tidak mencukupi, ia tetap tidak dapat secara efektif mendukung latihan jangka panjang. Penelitian menunjukkan bahwa daya tahan kardiorespirasi yang baik memungkinkan kita untuk mengejar atau mempertahankan tingkat kinerja yang tinggi selama latihan ketahanan yang berkelanjutan.
Ada dua jenis utama serat otot dalam tubuh manusia: serat otot cepat dan serat otot lambat. Serat otot cepat lebih cocok untuk aktivitas intensitas tinggi dalam jangka pendek, seperti angkat beban, sedangkan serat otot lambat cocok untuk latihan ketahanan jangka panjang. Banyak atlet kuat mungkin memiliki lebih banyak serat otot otot cepat, yang membuat mereka hebat dalam lari cepat atau latihan kekuatan, tetapi kurang responsif selama latihan ketahanan berkelanjutan.
Faktanya, banyak atlet elit sering kali mampu menunjukkan tingkat ketahanan kardiorespirasi yang tinggi, yang merupakan perbedaan penting antara mereka dan binaragawan biasa.
Selain latihan dan pola makan, faktor genetik merupakan aspek utama performa atletik. Campuran genetik setiap orang menentukan bentuk tubuh, rasio serat otot, dan potensi kardiorespirasi mereka. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa varian genetik tertentu dapat membuat sebagian orang lebih rentan terhadap daya tahan dan yang lainnya lebih mampu meningkatkan kekuatan.
Selain faktor fisiologis, metode pelatihan juga dapat memengaruhi performa olahraga secara signifikan. Banyak orang akan secara membabi buta mengejar latihan kekuatan dan mengabaikan pentingnya latihan daya tahan. Latihan aerobik dan daya tahan yang tepat adalah kunci untuk meningkatkan performa atletik secara keseluruhan. Para ilmuwan menyarankan bahwa atlet harus menggabungkan kedua jenis latihan tersebut untuk mencapai hasil terbaik.
"Daya tahan adalah keterampilan yang dapat ditingkatkan melalui pelatihan khusus. Otot yang kuat belum tentu menghasilkan daya tahan. Hanya pelatihan yang benar yang dapat mencapai transformasi ini."
Menghadapi beragam pilihan olahraga saat ini, bagaimana atlet harus merencanakan rencana pelatihan mereka untuk memperhitungkan kekuatan dan daya tahan? Masalah ini tidak hanya terkait dengan kesehatan pribadi, tetapi juga topik yang harus dipikirkan secara mendalam oleh setiap penggemar olahraga.
Jadi, apakah Anda berfokus pada kekuatan atau daya tahan, penting untuk menemukan keseimbangan latihan Anda. Pada akhirnya, rencana latihan yang sesuai dengan Anda adalah kunci untuk meningkatkan performa atletik Anda. Menurut Anda, bagaimana keseimbangan tersebut dapat dicapai?