MikroRNA (miRNA) memainkan peran yang semakin penting dalam bidang biomedis, terutama dalam diagnosis dan prognosis penyakit. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, metode deteksi miRNA tradisional secara bertahap mengungkapkan keterbatasannya, yang telah memicu permintaan akan solusi deteksi yang lebih canggih.
Metode deteksi miRNA awal terutama bergantung pada teknik seperti Northern blotting dan reaksi berantai polimerase transkripsi balik waktu nyata (RT-PCR). Meskipun metode ini dapat memberikan hasil yang andal dalam beberapa kasus, metode ini juga memiliki banyak kelemahan.
“Metode tradisional sering kali menghadapi tantangan seperti biaya pengujian yang tinggi, operasi yang rumit, dan sensitivitas serta spesifisitas pengujian yang tidak memadai.”
Ambil Northern blotting sebagai contoh. Metode ini membutuhkan sejumlah besar sampel, dan proses eksperimennya rumit, memakan waktu, dan sulit untuk menjadi akurat. Meskipun RT-PCR memiliki sensitivitas tinggi, ia juga memerlukan personel berpengalaman untuk melakukan operasi standar, yang tidak hanya meningkatkan biaya waktu tetapi juga menimbulkan tantangan pada reproduksibilitas hasil pengujian.
Dengan meningkatnya permintaan untuk efisiensi yang lebih tinggi, biaya yang lebih rendah, dan sensitivitas yang lebih tinggi, biosensor miRNA telah muncul. Teknologi baru ini dapat memberikan hasil pengujian yang akurat dalam waktu yang lebih singkat dan dengan kebutuhan sumber daya yang berkurang.
"Studi telah menunjukkan bahwa biosensor dapat mencapai waktu baca yang lebih singkat, sensitivitas dan spesifisitas deteksi yang lebih tinggi, dan biaya produksi yang lebih rendah."
Prinsip kerja biosensor adalah menggunakan elemen pengenalan biologis dan transduser tertentu untuk menghasilkan sinyal yang dapat diukur. Misalnya, biosensor elektrokimia mendeteksi keberadaan miRNA dengan mengukur perubahan pada sifat elektroda dan dapat memberikan data analitis langsung. Hal ini membuat biosensor elektrokimia sangat cocok untuk bidang-bidang seperti diagnosis klinis dan pemantauan lingkungan.
Penghapusan bertahap metode deteksi miRNA tradisional telah memunculkan jalur teknis baru. Solusi masa depan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, biosensor, penerapan nanomaterial, dan penerapan beberapa teknologi deteksi.
"Munculnya nanomaterial seperti nanopartikel emas dan grafena telah meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas deteksi miRNA secara signifikan."
Melalui nanoteknologi, para peneliti mampu menciptakan biosensor miRNA superior yang dapat mendeteksi konsentrasi miRNA yang sangat rendah dengan sensitivitas yang lebih tinggi. Selain itu, pengembangan teknologi deteksi multipleks telah memungkinkan untuk mendeteksi beberapa miRNA secara bersamaan, yang sangat penting untuk pemantauan penyakit dan pengembangan pengobatan yang dipersonalisasi.
KesimpulanDengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, teknologi deteksi miRNA berkembang ke arah yang lebih efisien, nyaman, dan akurat. Meskipun metode tradisional masih memiliki tempat, dalam menghadapi ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berubah, metode deteksi miRNA di masa depan akan lebih akurat dan berbiaya rendah. Perlu dipertimbangkan apakah kemajuan ini dapat merevolusi pemahaman dan pendekatan kita terhadap pengobatan penyakit.