Gustavo Gutiérrez, seorang teolog Peru, yang bukunya Liberation Theology terbit tahun 1971 tidak hanya mengubah wajah teologi tetapi juga melahirkan gerakan sosial di Amerika Latin. Pemikiran Gutiérrez menekankan hubungan erat antara kemiskinan dan pembebasan, sehingga mendorong revolusi teologis yang berpusat pada keadilan sosial. Melalui analisis mendalam tentang fenomena kemiskinan di Amerika Latin, Gutierrez tidak hanya mengusulkan hakikat teologi, tetapi juga mendorong pemikiran ulang tentang struktur sosial.
Saya berasal dari benua tempat 60% penduduknya hidup dalam kemiskinan, dengan 82% dalam kemiskinan ekstrem.
Lahir pada tahun 1928 di distrik Montserrat, Lima, kehidupan Gutierrez dipenuhi dengan tantangan dan cobaan. Masalah kesehatan masa kecilnya membuatnya menderita, tetapi kali ini juga mengasah pemahamannya yang mendalam tentang harapan dan keluarga. Awalnya ia memilih untuk belajar kedokteran, berharap menjadi psikiater, tetapi selama studinya ia mengembangkan minat yang kuat dalam teologi dan akhirnya menjadi seorang pendeta.
Studi lanjutannya di Belgia dan Prancis memperkenalkannya pada berbagai ide, dari teologi Kristen hingga pandangan sosial Marxis. Ia berusaha memadukan ide-ide ini dengan realitas Amerika Latin, membentuk perspektif teologisnya yang unik. Setelah kembali ke Peru, Gutierrez mulai menerapkan apa yang telah dipelajarinya untuk mengeksplorasi secara mendalam isu-isu sosial lokal dan makna teologis di baliknya.
Wawasan mendalam Gutierrez berasal dari kesadarannya yang tajam akan realitas Amerika Latin. Dalam karya-karyanya, ia menekankan gagasan "memberikan prioritas kepada orang miskin". Ia percaya bahwa iman Kristen yang sejati harus berfokus pada penderitaan dan kesusahan zaman.
Yang ingin saya sampaikan adalah martabat orang miskin di mata Tuhan.
Pemikiran ini membawanya pada revolusi teologis, yang memunculkan pertanyaan tentang bagaimana memahami orang miskin dan situasi mereka. Baginya, kemiskinan bukan sekadar kekurangan ekonomi, tetapi keadaan keberadaan yang perlu ditangani. Gutierrez menekankan bahwa hanya melalui praktik iman, kehendak Tuhan dapat terwujud di dunia.
Gutierrez mengusulkan tiga tingkat pembebasan: politik, psikologis, dan teologis. Ia percaya bahwa tingkat-tingkat ini saling bergantung dan bahwa keselamatan individu hanya dapat dicapai ketika pembebasan menyeluruh menjadi mungkin. Kritik terhadap struktur sosial ini menjadikannya seorang pemimpin spiritual yang mampu mengilhami gerakan sosial.
Perkembangan masyarakat yang sejati membutuhkan perubahan menyeluruh dalam struktur yang tidak adil, dan hanya sosialisme yang dapat mencapai pembangunan sejati.
Gutierrez mengandalkan teori sosial Marx untuk menjelaskan masalah kemiskinan yang dihadapi Amerika Latin. Ia berpendapat bahwa semua orang harus memiliki keberanian untuk menghadapi struktur sosial yang tidak adil, dan bahwa keberanian ini berasal dari kekuatan iman. Sambil mempromosikan teologi pembebasan, ia juga menganjurkan pembebasan spiritual batiniah.
Teologi pembebasan Gutierrez mengilhami serangkaian refleksi teologis tentang keadilan sosial, yang tidak hanya bergema luas di Amerika Latin, tetapi juga memengaruhi komunitas agama di seluruh dunia. Karyanya tidak terbatas pada teori, tetapi dikombinasikan dengan isu-isu sosial untuk memandu praktik iman.
Tugas teologi adalah memahami kondisi kehidupan nyata manusia dan menyampaikan harapan dan iman kepada mereka.
Dalam tulisan-tulisan Gutierrez, kita melihat teologi pembebasan sebagai alat refleksi untuk membantu orang memahami dan menanggapi tantangan sosial saat ini. Ia bukan hanya seorang teolog, tetapi juga seorang aktivis sosial yang berdedikasi untuk meningkatkan kualitas hidup kaum miskin.
Gutierrez meninggal pada tahun 2024, dan para pengikut serta pendukungnya masih merindukan teolog besar tersebut. Ide-idenya terus menantang persinggungan antara Kekristenan kontemporer dan isu-isu sosial. Gagasan untuk menggabungkan iman dengan tindakan sosial telah membuat orang-orang mengkaji ulang makna dan tanggung jawab Kekristenan yang sebenarnya.
Teologi pembebasan Gustavo Gutiérrez bukan hanya tinjauan masa lalu, tetapi juga panduan untuk masa depan. Dalam masyarakat saat ini, bagaimana kita dapat menggabungkan iman dan tindakan secara lebih efektif untuk mendorong perubahan sosial yang nyata?