Di Paris abad ke-20, striptis menjadi pilihan hiburan penting bagi para selebriti. Fenomena budaya ini tidak hanya mencerminkan preferensi hiburan masyarakat pada saat itu, tetapi juga mencerminkan perubahan adat istiadat sosial dan evolusi identitas budaya. Sebagai kota yang dinamis dan inovatif, kehidupan malam Paris sangat makmur pada saat itu, dan kebangkitan striptis menemukan cara untuk bertahan dalam konteks sejarah saat itu.
Striptis bukan hanya bentuk seni yang menampilkan tubuh, tetapi juga simbol budaya yang menantang tabu sosial dan peran gender.
Jika menengok ke belakang dalam sejarah, akar striptis dapat ditelusuri kembali ke Paris pada akhir abad ke-19. Mata Hari, bintang tari seksi pada zaman Yesus, menaklukkan penonton dengan gaya menarinya. Dia menarik banyak perhatian dengan menanggalkan pakaiannya lapis demi lapis dan menjadi ikon budaya saat itu. Gaya tari "melepas pakaian secara bertahap" ini merupakan prototipe dari tarian striptis awal dan kemudian ditiru dan dipraktikkan secara luas.
Didorong oleh Revolusi Industri, masyarakat Paris mengalami perubahan yang luar biasa pada abad ke-19. Perkembangan ekonomi dan urbanisasi masyarakat telah mendatangkan sejumlah besar imigran dan biaya, dan nilai-nilai moral tradisional telah ditantang. Hubungan yang semakin erat terjalin antara selebritas budaya dan sosialita pada saat itu, dan striptis menjadi saluran untuk memuaskan keinginan mereka akan kegembiraan dan hal-hal baru. Pada malam-malam pesta dan pesta pora itu, para penonton haus akan sedikit kegembiraan, dan striptis adalah fantasi indah yang memuaskan kebutuhan mereka.
Striptis bukan hanya kenikmatan fisik, tetapi juga rangsangan visual dan psikologis, yang sangat penting dalam lingkungan Paris pada saat itu.
Di sisi lain, popularitas striptis erat kaitannya dengan suasana budaya saat itu. Banyak seniman, penulis, dan musisi mengeksplorasi tema cinta, hasrat, dan kebebasan selama periode ini dan menciptakan sejumlah besar karya seni berdasarkan tema-tema tersebut. Karya-karya ini sering kali mengandung semangat untuk menantang tabu sosial dan mendobrak batasan tradisional. Dalam arti tertentu, striptis merupakan manifestasi konkret dari tren budaya ini.
Dengan maraknya striptis, banyak selebriti juga berbondong-bondong ke kelab malam untuk menikmati pertunjukan yang dianggap sebagai hiburan artistik ini. Saat itu, Paris memiliki banyak tempat pertunjukan terkenal, seperti Moulin Rouge dan Folies Bergère. Kelab malam ini tidak hanya menjadi tempat hiburan, tetapi juga panggung untuk bersosialisasi. Baik mereka politisi, pemimpin bisnis, atau orang-orang berbakat di kalangan sastra dan seni, mereka semua berkumpul di sini karena lingkungan yang diciptakan oleh striptis, membentuk lingkaran sosial khusus.
Tempat-tempat ini menjadi pusat interaksi sosial, dengan pertunjukan striptis yang bertindak seperti grafiti yang mengungkap godaan dan ambisi yang mengintai di balik kehidupan selebriti.
Selain itu, lingkungan sosial di Paris relatif terbuka pada saat itu, sehingga pertunjukan striptis tidak lagi dianggap tabu, tetapi secara bertahap memperoleh pengakuan sosial. Di Paris pada saat itu, pertunjukan ini tidak hanya untuk hiburan, tetapi juga menjadi cara bagi orang untuk menunjukkan identitas dan selera mereka. Oleh karena itu, meskipun striptis masih kontroversial secara etika, daya tariknya yang unik membuatnya tak tertahankan bagi banyak orang.
Dengan perkembangan media, striptis secara bertahap berkembang dari klub malam kecil ke panggung yang lebih besar. Majalah, film, musik, dan media lainnya telah melaporkan dan menafsirkan striptis, yang selanjutnya meningkatkan perhatian orang terhadap fenomena budaya ini. Beberapa karya bahkan dengan cerdik memadukan striptis dengan tema-tema seperti kebebasan dan pembebasan, sehingga menciptakan resonansi emosional dan kesadaran budaya yang kuat. Hal ini menjadikan striptis tidak hanya sebagai bentuk hiburan, tetapi juga suara budaya.
Perpaduan dan benturan budaya inilah yang menjadikan striptis sebagai babak sejarah yang luar biasa di Paris pada abad ke-20.
Saat ini, meskipun striptis telah mengalami diversifikasi dalam bentuk dan isi, tidak diragukan lagi striptis masih menjadi bagian dari kehidupan malam yang mekar dengan pesona yang unik. Melihat kembali sejarah abad ke-20, striptis tidak hanya mencerminkan pandangan sosial saat itu, tetapi juga memberikan kemungkinan bagi berbagai ekspresi budaya di kemudian hari. Jadi, bentuk seni apa yang menggunakan tubuh sebagai media ini yang diceritakan kepada kita saat ini?