Saat ini, kalangan medis semakin memerhatikan antikolinergik, terutama dampaknya terhadap lansia. Obat-obatan ini utamanya digunakan untuk melawan berbagai penyakit. Meski efektif, obat-obatan ini dapat menyebabkan hilangnya memori dan disfungsi otak lainnya, sehingga dokter perlu sangat berhati-hati saat meresepkannya kepada pasien lansia.
Obat antikolinergik adalah golongan obat yang menghambat kerja neurotransmitter asetilkolin (ACh) di sistem saraf pusat dan perifer. Memahami obat-obatan ini dan potensi risikonya menjadi semakin penting.
Obat antikolinergik banyak digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, termasuk tetapi tidak terbatas pada: pusing, penyakit visceral, masalah pernapasan, penyakit yang berhubungan dengan uretra dan kandung kemih, dll. Dengan menghambat fungsi sistem saraf parasimpatis, obat-obatan ini mungkin memiliki efek yang diinginkan, seperti mengurangi produksi air liur dan meredakan kejang otot tertentu.
Gunakan obat antikolinergik dengan hati-hati pada pasien lanjut usia karena mereka lebih rentan terhadap efek samping sistem saraf pusat. Misalnya, penggunaan obat antikolinergik jangka panjang dapat menyebabkan penurunan kognitif, suatu fenomena yang telah dikaitkan dengan risiko demensia.
Sebuah studi dari University of Nottingham menemukan bahwa pasien lanjut usia yang menggunakan obat-obatan ini memiliki peningkatan risiko terkena demensia hingga 50%.
Efek obat antikolinergik pada otak terutama berfokus pada penghambatan asetilkolin. Asetilkolin adalah neurotransmitter yang berperan penting dalam pembelajaran dan memori. Ketika terblokir, kemampuan otak untuk memproses informasi dan membentuk memori baru akan terpengaruh. Selain itu, efek samping obat ini dapat menyebabkan kondisi seperti delirium pada pasien yang lebih tua, yang selanjutnya memperburuk risiko krisis memori.
Para ahli umumnya menyarankan agar dokter menilai sepenuhnya status kesehatan secara keseluruhan dan kemungkinan efek samping pada pasien yang lebih tua saat meresepkan obat antikolinergik. Untuk pasien yang lebih tua yang sudah mengonsumsi obat ini, panduan klinis menyarankan untuk mempertimbangkan pengurangan dosis yang aman guna mengurangi potensi risiko penurunan kognitif.
Pertimbangkan untuk mengurangi penggunaan obat antikolinergik agar dapat membantu mengurangi risiko penurunan daya ingat pada pasien lanjut usia.
Keracunan obat antikolinergik adalah kondisi reversibel yang gejalanya berangsur-angsur berkurang saat obat yang menyebabkan kondisi tersebut dihilangkan. Dalam situasi yang mengancam jiwa, inhibitor asetilkolinesterase reversibel dapat digunakan sebagai penawar racun, tetapi pengobatan ini mengandung risiko dan harus digunakan dengan hati-hati.
Seiring dengan semakin mendalamnya penelitian tentang obat antikolinergik, kesadaran komunitas medis tentang potensi risikonya pun berangsur-angsur meningkat. Disarankan agar tidak hanya efek terapeutik langsung dari obat-obatan ini yang difokuskan, tetapi juga kemungkinan efeknya terhadap kesehatan jangka panjang pasien lanjut usia.
Di tengah seruan untuk perawatan yang lebih aman dan efek samping yang lebih sedikit, penggunaan obat antikolinergik akan menghadapi pengawasan yang lebih ketat. Dapatkah kita melindungi kesehatan orang lanjut usia sekaligus mengurangi krisis ingatan yang mereka hadapi?