Mengapa kita terkadang berpikir secara hitam dan putih? Jelajahi misteri pemikiran yang terbagi!

Dalam psikologi, pola pikir terbagi, atau pola pikir hitam-putih, adalah gangguan kognitif umum yang merujuk pada ketidakmampuan orang untuk memadukan kualitas positif dan negatif dari berbagai hal saat berpikir, yang menyebabkan mereka menilai orang lain atau diri mereka sendiri secara bias. Pola pikir ekstrem yang terbagi menjadi dua kutub: "baik" atau "buruk".

Pola pikir hitam-putih ini umum terjadi selama masa kanak-kanak, tetapi akan berkurang saat anak-anak memasuki masa dewasa.

Akar dari pola pikir terbagi sering kali dapat ditelusuri kembali ke hubungan keterikatan awal, saat bayi, yang dihadapkan dengan perilaku orang tua, mungkin tidak memahami bahwa orang yang sama dapat menunjukkan cinta dan perhatian tetapi juga penolakan atau ketidakpedulian. Pemahaman tentang ciri-ciri ekstrem ini membuat mereka tidak dapat melihat seluk-beluk berbagai hal.

Psikolog percaya bahwa pola pikir terbagi adalah mekanisme pertahanan yang membantu individu melawan kerentanan dan rasa tidak aman secara emosional.

Baik itu gangguan kepribadian ambang, keputusasaan, atau gangguan psikologis lainnya seperti depresi, ciri-ciri pemikiran disosiatif dapat ditemukan dalam kondisi ini. Secara umum, perpecahan sering kali terwujud dalam fluktuasi emosi yang kuat, disertai dengan penilaian yang ekstrem terhadap orang lain: "Jika dia tidak sepenuhnya baik, maka dia pasti jahat."

Penelitian telah menunjukkan bahwa pasien dengan gangguan kepribadian ambang (BPD) sering menafsirkan penerimaan sosial sebagai penipuan tersembunyi, yang menyebabkan hilangnya kepercayaan dan kegelisahan dalam hubungan.

Selain itu, pemikiran terpecah juga memengaruhi harga diri. Ketika individu mengkategorikan citra diri mereka sebagai "sepenuhnya baik" atau "sepenuhnya buruk," evaluasi negatif jangka panjang dapat menyebabkan stres psikologis yang terus-menerus dan menyebabkan masalah psikologis yang lebih dalam.

Gejala dan konsekuensi dari pola pikir terbelah

Pola pikir terbelah yang patologis sering kali memengaruhi stabilitas hubungan interpersonal. Misalnya, seseorang mungkin memandang orang lain sebagai pasangan yang sempurna pada suatu saat karena perilakunya, dan kemudian langsung memandangnya sebagai wanita menyebalkan setelah konflik kecil. Fluktuasi emosional yang hebat seperti itu tidak hanya menghancurkan persepsi seseorang terhadap orang lain, tetapi juga menghancurkan fondasi hubungan mereka.

Dalam terapi, pengenalan realisme secara bertahap adalah kunci untuk menyelesaikan pola pikir terbelah, dan para profesional sering kali perlu terus-menerus menekankan keragaman dan kompleksitas berbagai hal.

Psikoterapi modern, termasuk terapi perilaku dialektis (DBT) dan terapi berbasis pikiran (MBT), berfokus pada membantu pasien mengidentifikasi emosi mereka sendiri dan secara bertahap membangun kesadaran diri dan pola interaksi interpersonal yang sehat.

Dampak pola pikir terbagi pada hubungan interpersonal

Orang dengan gangguan kepribadian ambang sering menghadapi tantangan dengan teman dan hubungan dekat karena pola pikir terbagi mereka. Mereka mungkin menjadi terlalu bergantung pada orang lain secara emosional, lalu cepat menarik diri karena takut ditolak. Bahkan, hal itu membuat mereka merasa terisolasi dan tidak berdaya dalam proses menjalin pertemanan.

Dalam suatu hubungan, pola pikir terbagi ini memaksa satu pihak untuk terus-menerus mencari pengakuan dan pengertian, karena takut bahwa perilaku yang tidak disengaja dapat dianggap sebagai pengkhianatan.

Strategi pengobatan yang komprehensif menunjukkan bahwa sangat penting untuk membangun sistem pendukung, tetapi pada saat yang sama, kita harus berhati-hati untuk tidak menggunakan semua energi emosional untuk memenuhi kebutuhan orang yang pola pikirnya terbagi. Perilaku seperti itu dapat memperburuk konflik antara satu sama lain dan menyebabkan lebih banyak kerusakan emosional.

Menghadapi Tantangan Pemikiran Terbelah

Berbagai metode perawatan, seperti terapi kognitif terstruktur dan terapi berorientasi hubungan, ditujukan untuk membantu orang dengan pemikiran terbelah memahami masalah psikologis mereka dan mengatasi konflik dan emosi batin mereka dengan lebih baik. Perawatan ini tidak hanya berfokus pada pola pikir tetapi juga menekankan peningkatan hubungan interpersonal.

Oleh karena itu, dalam upaya mencapai kesehatan mental, memahami kompleksitas sifat manusia dan perasaan orang lain lebih penting daripada sekadar benar dan salah.

Meskipun psikoterapi memberi banyak orang kesempatan untuk membangun kembali diri mereka sendiri dan meningkatkan hubungan interpersonal, belajar menerima kesalahpahaman orang lain dan ketidaksempurnaan diri sendiri dalam hidup mungkin merupakan masalah yang paling penting. Apakah Anda siap untuk membebaskan diri dari pemikiran yang memecah belah?

Trending Knowledge

ari masa bayi hingga dewasa: Bagaimana pemikiran terbagi memengaruhi hubungan kita
Pemikiran terbagi, juga dikenal sebagai pemikiran biner atau pemikiran ekstrem, adalah gaya kognitif yang membagi orang, benda, atau ide menjadi dua kategori: "baik" atau "buruk". Cara berpikir ini pe
Misteri Pertahanan Psikologis: Apa Itu Split Thinking? Tahukah Anda?
Pemikiran skizoid, yang juga dikenal sebagai pemikiran hitam dan putih, pemikiran serba-atau-tidak-ada, adalah mekanisme pertahanan psikologis yang umum. Cara berpikir ini mencegah individu untuk men

Responses