Dalam memahami proses pembentukan memori, interaksi antara "harapan teratas" dan "persepsi terbawah" memainkan peran penting. Proses ini bukan hanya cara kita memahami dunia di sekitar kita, tetapi juga sangat memengaruhi kemampuan belajar dan pembentukan memori kita. Melalui artikel ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana interaksi ini membuat memori menjadi unik.
Harapan teratas mengacu pada harapan yang ditetapkan oleh kerangka berpikir dan pengalaman masa lalu kita, yang membentuk pola kognitif. Pola ini membantu kita mengklasifikasikan dan memahami informasi baru dengan cepat. Sebaliknya, persepsi terbawah adalah data mentah yang diambil dari sistem sensorik. Data ini biasanya selalu berubah dan mencakup respons langsung terhadap lingkungan.
"Keunikan memori berasal dari keseimbangan dinamis antara ekspektasi internal kita dan persepsi sejati dunia eksternal."
Menurut Teori Resonansi Adaptif (ART), sebuah teori yang diajukan oleh Stephen Grossberg dan Gail Carpenter, teori ini mengungkap bagaimana pola memori berinteraksi dengan masukan sensorik. Ketika kita menghadapi stimulus baru, pertama-tama kita membandingkannya dengan pola yang sudah ada. Jika perbedaan antara perbandingan ini berada dalam rentang tertentu yang dapat diterima, stimulus akan dikenali sebagai memenuhi ekspektasi kita; jika tidak, pola kita perlu disesuaikan ulang.
Mekanisme pengoperasian ini sebenarnya adalah proses pembelajaran. Otak kita memperoleh pengetahuan baru melalui pengalaman yang berulang sambil mempertahankan memori lama. Ini adalah solusi untuk masalah "stabilitas plastis". Kemampuan beradaptasi ini sangat penting, terutama dalam konteks kecerdasan yang berkembang.
“Pikiran mampu menyesuaikan memori lama sebagai respons terhadap pengalaman baru, sebuah proses yang memungkinkan kita untuk belajar dan berinovasi.”
Desain modul pembelajaran juga memainkan peran penting dalam proses ini. Sistem ART terdiri dari bidang perbandingan dan bidang pengenalan, dan neuron-neuron ini berinteraksi melalui parameter kewaspadaan. Saat data masukan masuk, sistem mencari neuron yang paling cocok dan menyesuaikan berdasarkan tingkat kecocokan. Kecocokan ini tidak hanya menentukan pembentukan memori tetapi juga pembelajaran dan kognisi di masa mendatang.
Dalam kerangka ini, sistem memori kita dapat tetap fleksibel dalam menghadapi informasi baru. Karena parameter pencocokan utama akan disesuaikan saat informasi berubah, memori kita tidak hanya berupa konten statis, tetapi juga proses pembaruan dan adaptasi berkelanjutan.
"Harapan di atas dan persepsi di bawah membuat pengalaman memori kita kaya dan beragam."
Model memori ini tidak hanya cocok untuk proses pembelajaran manusia biasa, tetapi juga digunakan secara luas dalam pengembangan kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin. ART bukan hanya teori ilmu kognitif, tetapi juga landasan penting untuk mendorong pengembangan teknologi. Misalnya, model pembelajaran mesin yang mensimulasikan proses manusia dapat mencapai kinerja yang sangat baik dalam banyak situasi.
Namun, penting untuk dicatat bahwa proses ini tidak sempurna. Menurut penelitian, proses pembelajaran akan dipengaruhi oleh urutan pemrosesan data pelatihan. Masalah ini sangat jelas dalam model seperti Fuzzy ART. Para peneliti telah mengusulkan beberapa solusi untuk mengurangi dampak ini dengan meningkatkan algoritme dan memastikan stabilitas proses pembelajaran.
Dengan mengeksplorasi interaksi antara ekspektasi atas dan persepsi bawah, kita tidak hanya dapat memahami bagaimana ingatan terbentuk, tetapi kita juga dapat mulai berpikir tentang cara meningkatkan metode pembelajaran kita, dan bahkan mungkin berkontribusi pada model kecerdasan buatan di masa depan. .
Jadi, menurut Anda apakah ingatan kita terus berkembang atau bahkan berubah dalam cara beradaptasi dengan informasi baru?