Mobilitas sangat penting bagi kesehatan manusia, dan laju metabolisme basal (BMR) merupakan salah satu faktor mendasar yang memengaruhi mobilitas ini. Laju metabolisme basal mengacu pada laju di mana tubuh membutuhkan energi untuk mempertahankan kehidupan dasar dalam keadaan istirahat. Seiring bertambahnya usia, nilai ini cenderung menurun, tetapi alasan di balik fenomena ini layak untuk ditelusuri lebih lanjut.
Laju metabolisme basal biasanya menurun sekitar 1-2% setiap sepuluh tahun mulai dari usia 20 tahun. Hal ini terutama disebabkan oleh hilangnya massa tubuh bebas lemak, tetapi ada variabilitas antar individu yang cukup besar.
Seperti banyak indikator fisiologis, laju metabolisme basal dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya perubahan massa otot adalah yang paling signifikan. Pada manusia, banyak orang mengalami kehilangan otot alami seiring bertambahnya usia, yang secara langsung mengakibatkan penurunan laju metabolisme basal. Massa tubuh ramping lebih aktif daripada jaringan lemak, yang berarti memiliki lebih banyak otot meningkatkan laju metabolisme basal Anda.
Selain massa otot, suhu tubuh juga memiliki dampak besar pada metabolisme basal. Secara umum, lingkungan bersuhu rendah akan meningkatkan laju metabolisme basal karena tubuh perlu menghasilkan lebih banyak panas untuk mempertahankan suhu tubuh yang tepat. Proses ini disebut termogenesis, dan konsumsi energi dapat diukur.
Laju metabolisme basal berarti jumlah energi yang dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan hidup dalam keadaan istirahat. Misalnya, fungsi dasar seperti bernapas, sirkulasi darah, dan pengaturan suhu tubuh.
Menurut penelitian, keadaan fisiologis tertentu juga memengaruhi laju metabolisme basal, seperti kehamilan atau berbagai tahap siklus menstruasi. Sejumlah besar penelitian telah menemukan bahwa laju metabolisme basal wanita akan meningkat karena peningkatan progesteron selama fase luteal, yang dapat memengaruhi konsumsi kalori secara keseluruhan sampai batas tertentu.
Dengan penelitian mendalam tentang metabolisme basal, para ilmuwan secara bertahap menyadari bahwa faktor-faktor seperti peradangan, penyakit, dan tingkat stres juga memengaruhi laju metabolisme basal setiap orang. Misalnya, saat sakit, kebutuhan energi tubuh meningkat, sehingga laju metabolisme basal yang lebih tinggi merupakan respons alami untuk mendukung mekanisme penyembuhan tubuh.
Pengukuran laju metabolisme basal biasanya dilakukan dalam kondisi yang sangat ketat untuk memastikan bahwa semua faktor yang memengaruhi diminimalkan. Misalnya, pengujian dilakukan di lingkungan yang nyaman untuk memastikan bahwa sistem saraf simpatik tidak terstimulasi dan menjalani kondisi istirahat yang memadai. Namun, cara yang tidak terlalu sulit untuk mengukurnya di rumah atau setiap hari sering disebut laju metabolisme istirahat (RMR).
Perubahan laju metabolisme basal terkadang terkait erat dengan kondisi iklim. Misalnya, pada musim dingin, laju metabolisme basal banyak burung akan meningkat.
Selain faktor fisiologis yang memengaruhi laju metabolisme basal, ada juga sejumlah mekanisme biokimia yang bekerja di balik layar. Metabolisme basal tubuh manusia menyumbang sekitar 70% dari total konsumsi energi harian, dan aktivitas fisik menyumbang sekitar 20%. Ini berarti bahwa kesenjangan dalam kebutuhan energi untuk mempertahankan proses fisiologis dasar dan aktivitas harian sebenarnya cukup signifikan.
Penelitian lain telah menunjukkan bahwa seiring bertambahnya usia, laju metabolisme basal akan menurun secara diam-diam. Ini mungkin terkait dengan perubahan gaya hidup, seperti kurang berolahraga, hilangnya massa otot, dan perubahan kebiasaan makan.
Untuk mengamati perubahan laju metabolisme basal seseorang, kita tidak hanya perlu memperhatikan usia itu sendiri, tetapi juga mempertimbangkan berbagai faktor seperti latar belakang genetik dan kebiasaan hidup. Dan ada perbedaan besar antara orang-orang, dan variabelnya terkadang sulit diprediksi. Misalnya, beberapa orang lanjut usia masih dapat mempertahankan mobilitas tinggi, yang mungkin terkait dengan susunan genetik, pola makan, dan bahkan aktivitas sosial mereka.
Jadi ketika kita memikirkan tentang bagaimana tubuh kita berubah seiring bertambahnya usia, haruskah kita juga mempertimbangkan secara serius dampak dari berbagai faktor di baliknya?