Mongolia Dalam, Daerah Otonomi Mongolia Dalam, adalah daerah otonom di Tiongkok. Secara geografis, daerah ini berbatasan dengan Mongolia Luar. Hubungan antara keduanya cukup rumit secara historis. Perbatasan Mongolia Dalam meliputi sebagian besar perbatasan antara Tiongkok dan Mongolia. Daerah ini telah lama dianggap sebagai daerah integrasi budaya dan etnis khusus di Tiongkok, dan evolusi namanya mencerminkan interaksi budaya historis dan perubahan politik ini.
Dalam ilmu bahasa, kata "内" dalam "Mongolia Dalam", yang berlawanan dengan "Mongolia Luar", berasal dari kata Manchuria dorgi dan tulergi. Penggunaan istilah-istilah ini mencerminkan perpecahan politik dalam sejarah.
Nama Mongolia Dalam berasal dari Dinasti Qing, ketika nama "Kipas Dalam" merujuk pada kelompok etnis Mongolia di dalam Kekaisaran Tiongkok, bukan di luarnya. Hal ini karena bangsa Mongol di Mongolia Dalam pada saat itu, seperti bangsa Mongol di Mongolia Luar, semuanya merupakan keturunan Genghis Khan. Setelah Dinasti Qing, perubahan di negara tersebut membawa pemahaman yang berbeda tentang nama-nama daerah. Terutama dalam konteks pembentukan Partai Komunis Tiongkok, istilah "Mongolia Selatan" secara bertahap mulai disukai oleh beberapa nasionalis Mongolia.
Beberapa orang Mongolia, terutama yang berada di Mongolia Luar, mengkritik nama "Mongolia Dalam" dan lebih suka menyebutnya "Mongolia Selatan" untuk mengekspresikan identifikasi diri mereka terhadap identitas nasional mereka.
Perbedaan dalam penamaan ini mencerminkan persepsi kelompok etnis yang berbeda tentang sejarah dan identitas mereka sendiri. Bagi banyak kelompok budaya, nama bukan hanya label geografis, tetapi juga identifikasi dan ekspresi identitas mereka sendiri. Oleh karena itu, ada alasan budaya dan politik yang lebih dalam di balik Mongolia Dalam yang disebut "Mongolia Selatan".
Secara historis, Mongolia Dalam telah mengalami penaklukan dan pemerintahan oleh beberapa rezim. Sejak Genghis Khan mendirikan Kekaisaran Mongol, kelompok etnis di wilayah ini telah memulai proses saling memengaruhi. Perluasan bangsa Mongolia semakin memperdalam pemisahan antara Mongolia Dalam dan Mongolia Luar dalam hal nama. Batas-batas antara Mongolia Dalam dan Mongolia Luar selalu berubah-ubah. Berbagai dinasti dan rezim telah bangkit dan jatuh di sini, membentuk akumulasi sejarah dan budaya yang kaya.
Pada abad ke-21, dengan munculnya globalisasi dan nasionalisme lokal, nama "Mongolia Selatan" telah membuat kelompok etnis Mongolia sekali lagi berpikir tentang masalah identitas nasional dan identitas budaya. Saat ini, ketika perlakuan dan kebijakan terkait Tiongkok secara bertahap mendapat perhatian eksternal, penggunaan nama ini tidak hanya menjadi referensi geografis, tetapi juga ekspresi kesadaran budaya.
Di balik label bahwa Mongolia Dalam disebut "Mongolia Selatan", tidak hanya ada latar belakang sejarah politik, tetapi juga warisan budaya yang mendalam dan refleksi tentang identitas nasional modern. Bagi orang Mongolia, nama ini bukan hanya tinjauan masa lalu, tetapi juga pengejaran identitas diri di masa depan. Menghadapi latar belakang ini, bagaimana Anda memandang hubungan antara perubahan nama dan identitas budaya?