Penyakit Parkinson adalah kelainan neurodegeneratif umum yang ditandai dengan hilangnya gerakan secara progresif dan serangkaian gejala lainnya. Penyakit ini terkait erat dengan wilayah otak yang disebut substantia nigra, khususnya substantia nigra pars compacta (SNpc). Memahami area ini dan perannya dalam kontrol motorik dapat menjelaskan lebih lanjut tentang penyebab dan mekanisme perkembangan penyakit Parkinson.
Substantia nigra adalah struktur ganglia basal yang terletak di otak tengah yang fungsi utamanya terkait dengan penghargaan dan kontrol motorik. Namanya berasal dari kata Latin untuk "zat hitam" karena neuron dopaminergik di substantia nigra mengandung sejumlah besar neuromelanin, yang membuat area tertentu tampak lebih gelap. Substantia nigra dapat dibagi menjadi dua bagian: pars compacta (SNpc) dan pars reticularis (SNpr), yang memiliki fungsi dan koneksi saraf yang berbeda.
Kompakta tersier mengirimkan dopamin terutama ke sirkuit ganglia basal, sementara area retikuler meneruskan sinyal ke beberapa area otak lainnya.
Salah satu karakteristik utama penyakit Parkinson adalah kematian progresif neuron dopaminergik di zona kompakta. Hal ini mengakibatkan berbagai gangguan gerakan, termasuk gejala seperti tremor, bradikinesia, dan kekakuan. Munculnya gejala-gejala ini memberi tahu kita bahwa gangguan fungsi substansia nigra secara langsung memengaruhi operasi normal sistem motorik.
Gejala penyakit Parkinson adalah contoh nyata pentingnya substansia nigra dalam kontrol motorik.
Substantia nigra tidak hanya memainkan peran penting dalam kontrol motorik, tetapi juga terkait erat dengan mekanisme penghargaan dan pembelajaran. Neuron dopaminergiknya aktif saat perilaku baru dipelajari, menunjukkan peran utamanya dalam pembelajaran penguatan dan pembentukan kebiasaan. Selain itu, neuron di substantia nigra diatur oleh sinyal dari daerah otak lain, khususnya insula dan korteks prefrontal.
Neuron di substantia nigra pars compacta memiliki fitur fisiologis tertentu yang membuatnya lebih rentan terhadap kerusakan. Misalnya, neuron ini mengandung lebih sedikit protein pengikat kalsium, yang membuatnya rentan terhadap efek toksisitas ion kalsium. Faktor-faktor ini secara bersamaan menunjukkan kepada kita mengapa lesi penyakit Parkinson sering kali terkait erat dengan kesehatan substantia nigra.
Dengan studi mendalam tentang fungsi substantia nigra, para ilmuwan berharap dapat menemukan strategi pengobatan baru untuk menangani penyakit Parkinson. Memahami bagaimana neuron di substantia nigra berinteraksi dan bagaimana neuron tersebut terhubung ke daerah otak lainnya akan membantu mengembangkan intervensi yang lebih efektif. Obat-obatan yang ada, seperti levodopa, dapat meringankan gejala penyakit Parkinson, tetapi belum dapat menyembuhkan penyakit tersebut.
Penelitian di masa depan seharusnya tidak hanya berfokus pada pengobatan akut, tetapi juga pada cara melindungi dan membangun kembali fungsi substantia nigra untuk meningkatkan kualitas hidup pasien secara mendasar.
Memahami kompleksitas substantia nigra dan bagaimana hal itu memengaruhi penyakit Parkinson memungkinkan kita untuk meletakkan dasar yang lebih baik bagi penelitian dan pengobatan di masa depan. Selagi kita menelusuri topik ini, mungkinkah menemukan cara baru untuk mencegah kegagalan fungsi substantia nigra guna mengatasi meningkatnya jumlah orang yang menderita penyakit Parkinson?