Dalam tubuh manusia, berbagai jaringan otot bekerja sama untuk mempertahankan gerakan dan postur tubuh kita. Di antara semuanya, otot rangka merupakan jenis jaringan otot yang paling istimewa. Karena karakteristik kontrol otonomnya, otot ini disebut "otot volunter". Artikel ini akan membahas struktur dan fungsi dasar otot rangka, serta cara otot tersebut melakukan gerakan.
Otot rangka terutama melekat pada tulang melalui tendon, yang memungkinkan kita melakukan berbagai aktivitas dan mempertahankan postur tubuh.
Otot rangka adalah otot lurik dan memiliki lurik yang jelas karena susunan seratnya yang khusus. Otot-otot ini bersifat volunter, artinya kontraksinya dapat terjadi di bawah kendali kesadaran. Dibandingkan dengan otot polos dan otot jantung, aktivitas otot rangka tidak bergantung pada reaksi otomatis, tetapi pada instruksi dari otak dan sistem saraf.
Fungsi utama otot rangka adalah menghasilkan gerakan, dan otot ini penting saat melakukan aktivitas seperti berjalan, berlari, dan melompat. Otot rangka juga menstabilkan sendi dan membantu tubuh menjaga keseimbangan dan postur tubuh. Selain itu, otot rangka akan memainkan peran yang berbeda sesuai dengan kebutuhan saat melakukan berbagai jenis latihan. Peran ini selanjutnya dapat dibagi menjadi "otot agonis" dan "otot antagonis."
Otot agonis, yang juga dikenal sebagai otot penggerak utama, terutama bertanggung jawab untuk memulai gerakan; sedangkan otot antagonis dapat mengatur kecepatan gerakan dan menghindari cedera yang disebabkan oleh gerakan yang terlalu cepat.
Struktur otot rangka terdiri dari serat otot, yang tersusun dari banyak sel otot, dan setiap sel memiliki banyak inti. Hal ini memungkinkan otot rangka menghasilkan tenaga yang kuat dengan cepat dan cocok untuk latihan intensitas tinggi. Stabilitas dan kekuatan otot terutama berasal dari tendon yang menghubungkannya ke tulang, dan dari jaringan ikat di sekitarnya.
Gerakan otot rangka dicapai dengan memberi sinyal dari sistem saraf. Ketika neuron melepaskan neurotransmitter, mereka mengaktifkan serat otot yang terhubung dengannya, menyebabkan otot berkontraksi. Tingkat dan kecepatan kontraksi ini dapat berubah sesuai dengan kebutuhan latihan, yang merupakan salah satu kemampuan otot rangka untuk beradaptasi dengan lingkungan latihan yang berbeda.
Selama latihan, otot biasanya tidak bekerja secara independen. Sebaliknya, otot agonis dan antagonis sering kali perlu bekerja sama untuk mencapai ketepatan dan efisiensi dalam gerakan. Misalnya, saat menekuk lengan, bisep berkontraksi sebagai otot agonis, sedangkan trisep bertindak sebagai antagonis, membantu menstabilkan sendi dan mencegah cedera.
Keterlibatan otot antagonis ini tidak hanya meningkatkan keamanan gerakan, tetapi juga membuat gerakan lebih lancar.
Selama latihan rutin, otot rangka menunjukkan perubahan adaptif. Perubahan ini disebut hipertrofi otot, yang mengacu pada peningkatan ukuran otot, terutama karena peningkatan serat otot atau pembesaran ukuran. Sebaliknya, tanpa latihan, otot mengalami atrofi, suatu kondisi yang disebut atrofi otot, yang mengacu pada pengurangan ukuran otot.
Sebagai otot sukarela yang unik, otot rangka dapat menyelesaikan berbagai aktivitas dengan mengatur gerakan. Otot rangka tidak hanya menjadi dasar kehidupan kita sehari-hari, tetapi juga berperan penting dalam olahraga. Dalam proses latihan berkelanjutan, otot rangka menunjukkan kemampuan untuk beradaptasi dan berubah, sehingga memungkinkan kita untuk lebih memahami misteri aktivitas fisik. Bagaimana kita dapat memanfaatkan karakteristik otot rangka secara lebih efektif dalam olahraga di masa mendatang?