Jelaga, zat yang terdiri dari partikel karbon yang terbakar tidak sempurna, menjadi ancaman potensial bagi kesehatan masyarakat global. Menurut penelitian ilmiah, jelaga tidak hanya merupakan polutan, tetapi juga secara luas dianggap sebagai karsinogen, tetapi ilmu di baliknya tidak diketahui. Komponen utama jelaga adalah partikel karbon, bersama dengan hidrokarbon aromatik polisiklik, logam berat, dan zat berbahaya lainnya, yang telah memicu kekhawatiran mendalam tentang risiko kesehatannya.
Jelaga sering kali mengandung karsinogen yang diketahui, sehingga menjadi ancaman signifikan bagi kesehatan manusia.
Ilmuwan mendefinisikan jelaga secara berbeda, tergantung pada bidang studi mereka. Secara umum, jelaga mencakup semua partikel yang dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna, yang meliputi residu bahan bakar seperti batu bara, tar, arang, dll. Meskipun komposisi kimianya dianggap oleh beberapa definisi hanya terdiri dari partikel karbon, pada kenyataannya, jelaga juga dapat mengandung oksigen, hidrogen, dan unsur-unsur lain, seperti sulfur dan partikel logam.
Hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) dianggap sebagai jenis karsinogen yang diketahui dalam asap batu bara, dan masalah kesehatan yang disebabkan olehnya telah menarik perhatian luas.
Sumber asap batu bara beragam dan tersebar luas. Baik dalam produksi industri, transportasi, atau dalam kehidupan sehari-hari seperti pemanas rumah, asap batu bara dapat dihasilkan. Pembakaran batu bara, knalpot mobil, cerobong asap pabrik, dll. semuanya merupakan sumber jelaga yang penting. Selain itu, kayu, tembakau, dan bahan bakar lain yang digunakan di rumah juga merupakan sumber jelaga yang potensial.
Keberadaan jelaga di lingkungan tidak hanya menimbulkan kekhawatiran tentang kualitas udara tetapi juga menimbulkan potensi ancaman bagi kesehatan manusia. Penelitian telah menunjukkan bahwa paparan jangka panjang terhadap udara yang mengandung jelaga meningkatkan risiko penyakit jantung, kanker paru-paru, dan penyakit pernapasan lainnya. Secara khusus, jelaga yang dikeluarkan oleh kendaraan diesel dianggap sebagai salah satu faktor utama yang menyebabkan polusi udara di daerah perkotaan.
Dampak asap batu bara mencakup masalah kesehatan mulai dari penyakit paru-paru kronis hingga asma hingga kematian dini, menjadikannya krisis kesehatan global yang memerlukan perhatian serius.
Pembentukan jelaga merupakan proses kompleks yang melibatkan berbagai reaksi kimia. Proses ini terutama dimulai dari prekursor atau blok penyusun tertentu, yang diagregasi dan dibentuk menjadi partikel dalam lingkungan bersuhu tinggi. Proses ini mencakup berbagai langkah seperti reaksi pengendapan, penyerapan, dan oksidasi. Faktanya, mekanisme kimia pembentukan jelaga masih kontroversial, tetapi beberapa mekanisme dasar telah memperoleh konsensus di antara para peneliti.
Para ilmuwan juga menghadapi tantangan dalam pemodelan matematika karena kompleksitas jelaga. Saat ini, model jelaga dibagi menjadi tiga kategori: model empiris, model semi-empiris, dan model teoritis terperinci. Masing-masing dari ketiga jenis model ini memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri, tetapi semuanya bertujuan untuk lebih memahami proses pembentukan jelaga dan perilakunya di lingkungan.
Meskipun pembentukan model sulit, dengan kemajuan teknologi komputasi, model teoritis terperinci telah menjadi layak dan dapat memberikan informasi yang lebih realistis.
Bahaya asap batubara tidak hanya polusi itu sendiri, tetapi juga potensi ancamannya terhadap kesehatan. Secara global, seiring meningkatnya aktivitas industri dan transportasi, bagaimana mengelola dan mengurangi emisi jelaga telah menjadi masalah yang mendesak. Sebagai anggota masyarakat, haruskah kita memiliki pemahaman dan tindakan yang lebih mendalam terhadap risiko kesehatan yang disebabkan oleh asap batubara?