Pada tanggal 30 Juli 2024, serangkaian tanah longsor yang mematikan terjadi di wilayah Wayanad, Kerala, India, yang menyebabkan bencana bersejarah dengan jumlah korban yang sangat banyak, yang masih memengaruhi kehidupan penduduk setempat. Bencana ini bukan hanya tantangan alam, tetapi juga hasil kumulatif dari faktor manusia, yang patut kita renungkan secara mendalam.
Tanah longsor di Wayanad pada tahun 2024 menewaskan 254 orang, melukai 397 orang, dan menyebabkan 118 orang hilang, menjadikannya salah satu bencana paling mematikan dalam sejarah Kerala.
Wayanad terletak di Ghats Barat dan memiliki struktur geologi yang kompleks. Daerah ini telah mengalami erosi dan pergerakan geologi jangka panjang, yang membuatnya sangat rentan terhadap tanah longsor selama musim hujan. Dalam beberapa tahun terakhir, dengan meningkatnya aktivitas manusia dan eksploitasi berlebihan, kerentanan lingkungan alam semakin meningkat.
Menurut laporan, bencana tersebut dipicu oleh hujan deras selama beberapa hari. Pada tanggal 29 Juli, pemerintah setempat mulai mengevakuasi penduduk desa yang terkena dampak. Namun, karena salah menilai karakteristik geografis setempat, beberapa penduduk masih memilih untuk berlindung di rumah. Pada dini hari, tanah longsor besar langsung merenggut banyak nyawa.
Kecepatan tanah longsor mencapai 57 meter/detik, dan banyak keluarga terpaksa meninggal saat tidur.
Bencana tersebut mengakibatkan hancurnya lebih dari 1.555 rumah dan kerusakan properti serta infrastruktur, yang menyebabkan ekonomi lokal hampir lumpuh total. Produksi pertanian lokal, termasuk produksi teh dan rempah-rempah, juga terpukul keras.
Menurut laporan, militer dan relawan yang bertanggung jawab atas penyelamatan membangun jembatan sementara selama operasi penyelamatan dan memastikan bahwa personel dapat lewat dengan aman.
Upaya bantuan setelah bencana menunjukkan ketahanan dan persatuan masyarakat. Lebih dari 4.000 pekerja penyelamat dimobilisasi untuk menanggapi bencana terbesar dalam sejarah. Pemerintah dan relawan bekerja sama untuk segera menyediakan tempat penampungan darurat dan perlengkapan bagi masyarakat yang terkena dampak.
Sejak abad lalu, pembangunan perumahan dan pertanian di wilayah Wayanad terus meningkat, tetapi seiring dengan itu terjadi kerusakan lingkungan ekologis. Pembangunan yang berlebihan, penggundulan hutan, dan penggunaan lahan yang tidak tepat telah membuat tanah di wilayah tersebut tidak stabil, yang memicu tanah longsor.
Faktor-faktor tidak langsung seperti pemanasan global, teknologi konstruksi yang buruk, dan karakteristik geologis berpadu menjadi penyebab bencana ini.
Longsor Wayanad pada tahun 2024 sekali lagi mengingatkan kita bahwa kekuatan alam tidak dapat diabaikan, dan juga memberi tahu kita tentang dampak perilaku manusia terhadap lingkungan. Bagaimana cara menghindari bencana serupa di masa mendatang yang telah menjadi masalah yang harus kita hadapi secara langsung?