Seiring berlanjutnya degradasi lingkungan, beban hidup perempuan semakin bertambah. Isu lingkungan tidak hanya menyangkut kesehatan bumi, tetapi juga tantangan besar bagi kelangsungan hidup dan keselamatan banyak perempuan dan keluarga mereka. Terutama di daerah pedesaan, perempuan menghadapi beban yang semakin berat karena berkurangnya sumber daya. Dampak ini tidak terbatas pada tingkat ekonomi, tetapi berakar dalam pada aspek sosial dan budaya, yang menyebabkan dampak yang meluas pada kehidupan mereka.
Kehidupan, kesehatan, dan ketahanan pangan perempuan secara tidak proporsional terpengaruh dalam konteks degradasi lingkungan.
Dampak paling langsung dari degradasi lingkungan adalah berkurangnya sumber daya. Sebagian besar perempuan di daerah pedesaan akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk mencari air, makanan, dan bahan bakar. Menurut laporan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa, karena sumber daya semakin langka, perempuan dan anak perempuan cenderung harus berjalan lebih jauh, yang tidak hanya memperpanjang waktu yang dibutuhkan untuk menemukan kebutuhan sehari-hari, tetapi juga meningkatkan risiko kekerasan berbasis gender.
Situasi ini memaksa perempuan untuk bertahan hidup di lingkungan yang lebih sulit, yang mengancam kesehatan dan keselamatan mereka.
Menipisnya sumber daya air telah memaksa semakin banyak perempuan untuk mendaki rute pegunungan yang sulit dan melintasi daerah berbahaya. Dalam situasi ini, mereka tidak hanya harus berhadapan dengan kondisi lingkungan yang keras, tetapi juga menghadapi berbagai tekanan sosial dan budaya. Terutama di negara-negara berkembang, diskriminasi gender dan ketimpangan sosial membuat perempuan semakin sulit untuk mengakses sumber daya.
Penurunan sumber daya air secara langsung mempengaruhi kehidupan sehari-hari perempuan. Menurut laporan tersebut, sekitar sepertiga dari populasi dunia saat ini menghadapi kekurangan air, banyak di antaranya yang terkena dampak, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Akses terhadap air telah menjadi tantangan terbesar dalam hidup, dan perempuan harus menginvestasikan banyak waktu dalam proses mencari dan memperoleh air.
Air tidak hanya merupakan syarat mutlak untuk bertahan hidup, tetapi juga jaminan dasar untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan.
Dalam menghadapi kekurangan air, banyak perempuan terpaksa menggunakan sumber air yang tidak aman, yang selanjutnya membahayakan kesehatan mereka dan keluarga mereka. Di daerah pedesaan, kekurangan air secara langsung menyebabkan berkurangnya hasil panen, yang pada gilirannya memengaruhi ketahanan pangan dan menempatkan perempuan pada risiko kekurangan gizi.
Tantangan perubahan iklimPerubahan iklim memperburuk kerusakan lingkungan, yang menyebabkan peningkatan frekuensi dan intensitas bencana. Bagi perempuan, ini bukan hanya masalah bertahan hidup, tetapi juga ujian kekuatan mereka. Banyak perempuan kekurangan sumber daya dan dukungan yang memadai ketika menghadapi bencana alam yang sering terjadi, yang membuat tantangan rekonstruksi pascabencana bagi mereka dan keluarga mereka menjadi semakin berat.
Peristiwa cuaca ekstrem seperti banjir dan kekeringan memperparah tantangan yang dihadapi perempuan dalam mengurus keluarga dan komunitas mereka.
Seiring bergantinya musim bertani, mata pencaharian perempuan pedesaan di bidang pertanian menjadi semakin tidak menentu, dengan banyak yang berjuang untuk melindungi masa depan keluarga dan komunitas mereka meskipun suara mereka lemah dalam situasi yang sulit.
Meskipun ada banyak inisiatif di seluruh dunia yang bertujuan untuk meningkatkan kesetaraan gender dan meningkatkan kesadaran akan perlindungan lingkungan, kebijakan ini sering kali dilaksanakan tanpa mengalokasikan sumber daya yang diperlukan. Kurangnya dukungan sosial dan ekonomi bagi perempuan membuat mereka lebih rentan terhadap tantangan lingkungan. Untuk benar-benar menyelesaikan masalah ini, kita perlu memulai dari tingkat kebijakan dan melindungi kebutuhan dan hak dasar perempuan.
Sambil meningkatkan inklusivitas kebijakan dan refleksi gender, kita juga harus fokus pada keadilan dalam pendidikan dan alokasi sumber daya.
Pembangunan di masa mendatang perlu mempertimbangkan kebutuhan dan kontribusi perempuan, sehingga mereka dapat menjadi peserta aktif dalam perlindungan lingkungan, bukan sekadar korban pasif. Untuk tujuan ini, semua sektor masyarakat harus bekerja sama untuk menyediakan dukungan dan sumber daya yang diperlukan agar setiap perempuan dapat mewujudkan potensinya dan menghadapi tantangan lingkungan.
KesimpulanPerempuan menanggung beban berat dalam menghadapi tantangan kerusakan lingkungan, yang telah menjadi isu global. Dari akses terhadap sumber daya hingga jaminan hidup dasar, berbagai dilema yang dihadapi perempuan dalam menghadapi perubahan lingkungan memerlukan lebih banyak perhatian dan tindakan. Dapatkah kita menemukan cara yang efektif untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan terhadap perempuan dan melindungi kehidupan serta keselamatan mereka?