Fenomena kritis merupakan subjek yang menarik dalam bidang fisika, terutama saat kita membahas apa yang disebut eksponen kritis. Eksponen kritis menggambarkan perilaku kuantitas fisik selama transisi fase kontinu. Universalitas eksponen ini memiliki signifikansi yang mendalam, yang menyiratkan bahwa dalam sistem fisik yang berbeda, eksponen kritis ini tidak bergantung pada detail sistem tertentu, tetapi hanya pada beberapa karakteristik dasar sistem.
Untuk sistem feromagnetik dalam kesetimbangan termal, eksponen kritis hanya bergantung pada: dimensionalitas sistem, rentang interaksi, dan dimensionalitas spin.
Sifat-sifat ini didukung dengan baik dalam data eksperimen. Secara teori, kita dapat memperoleh hasil analitis dalam dimensi tinggi melalui teori medan rata-rata, atau membahas kasus di mana solusi eksak diketahui, seperti model Ising dua dimensi. Perlakuan teoritis dalam dimensi umum memerlukan penggunaan metode grup renormalisasi atau teknik panduan konformal dalam sistem kesetimbangan termal. Rangkaian fenomena ini hadir dalam banyak sistem fisika, dari titik kritis air hingga sistem magnetik, hingga superkonduktivitas, perkolasi, dan bahkan fluida turbulen.
Semua sistem yang beragam ini menunjukkan bahwa mereka memiliki dimensi kritisnya sendiri, yang dapat bervariasi tergantung pada sifat sistem dan bahkan dapat tak terbatas dalam beberapa kasus. Parameter kontrol yang mendorong perubahan fase biasanya adalah suhu, tetapi dapat juga berupa variabel makroskopis lainnya seperti tekanan atau medan magnet eksternal. Demi kenyamanan pembahasan, uraian berikut akan difokuskan terutama pada suhu.
Suhu saat transisi fase terjadi disebut suhu kritis, atau disingkat Tc.
Mendekati suhu kritis, kami berharap perilaku kuantitas fisika dijelaskan oleh hukum pangkat. Ini berarti bahwa kuantitas fisika f dapat dinyatakan sebagai fungsi pangkat dari suhu tereduksi τ, di mana τ didefinisikan sebagai: τ = (T - Tc) / Tc. Ketika τ mendekati nol, hubungan ini berbentuk f(τ) ∝ τ^k, di mana k adalah eksponen kritis.
Dalam kesetimbangan termal, sistem diasumsikan memiliki dua fase, yang dibedakan oleh parameter pengukur Ψ. Pada antarmuka fase antara fase yang tidak teratur (τ > 0) dan fase yang teratur (τ < 0), eksponen kritis memberikan pemahaman yang mendalam tentang sifat-sifat sistem. Secara khusus, ketika kita menggunakan teori untuk menghitung energi bebas dan panjang korelasinya yang sesuai, nilai-nilai eksponen kritis ini tidak hanya mengungkapkan perilaku sistem tetapi juga menentukan universalitas besaran fisika.
Eksponen kritis medan rata-rata klasik untuk medan skalar adalah α = 0, β = 1/2, γ = 1, δ = 3, yang akurat dalam perilaku sistem berdimensi tinggi.
Namun, perlu dicatat bahwa teori medan rata-rata hanya akurat jika dimensi spasial sistem berada di atas dimensi kritis tertentu, yang mengesampingkan sebagian besar contoh sistem fisik dalam satu, dua, atau tiga dimensi. Ini juga mengapa keberadaan titik kritis dalam ruang berdimensi rendah dipertanyakan dalam pengembangan teori medan rata-rata, terutama dalam model Ising satu dimensi, di mana kita hampir tidak dapat mengamati transisi fase.
Seiring waktu, data eksperimen menunjukkan bahwa eksponen kritis dapat diukur dengan presisi tinggi. Misalnya, selama transisi fase helium superfluida, nilai α yang diukur adalah −0,0127(3), dan presisi tinggi data ini menjadikannya referensi dalam banyak derivasi teoretis. Namun, nilai terukur ini secara signifikan berbeda dari sebagian besar prediksi teoretis, yang menyoroti tantangan universalitas eksponen kritis dalam fisika kontemporer.
Dengan menggunakan metode Monte Carlo dan teknik grup renormalisasi, kita dapat memperkirakan eksponen kritis secara akurat dan memperoleh pemahaman mendalam tentang perilaku berbagai sistem fisik.
Keakuratan metode ini sering kali bergantung pada sumber daya komputasi yang tersedia, yang memungkinkan peneliti untuk melakukan analisis data yang lebih canggih di bawah batas tak terbatas. Selain itu, kemajuan teknologi terkini telah memungkinkan teknik panduan konformal untuk menunjukkan keakuratan yang tak tertandingi dalam memperoleh eksponen kritis Ising, yang memiliki signifikansi yang luas untuk mengeksplorasi universalitas berbagai fenomena kritis.
Mari kita rangkum: eksponen kritis lebih dari sekadar angka; eksponen kritis mewakili hubungan mendalam dalam perilaku materi, dan hubungan ini dapat sangat mirip dalam sistem yang berbeda. Di masa mendatang, bagaimana peneliti akan lebih jauh mengeksplorasi dampak indeks ini pada zat baru dan lebih jauh memajukan pemahaman mendasar kita tentang materi?