Archive | 2019

Fenomena Swafoto Dan Pengaruhnya Terhadap Budaya Visual Pada Estetika Interior Ruang Komersial

 
 

Abstract


Penggabungan teknologi komunikasi dan kamera yang terdapat pada telepon seluler pintar menciptakan fenomena baru, yaitu perilaku swafoto dengan dampak amat luas: cakupannya lintas generasi, sosial-budaya, dan strata ekonomi (Kavitha Bhuvaneswari, 2016). Implikasi dari fenomena ini adalah perubahan prioritas dalam mendesain dan mempromosikan berbagai jenis ruang komersial publik, dari yang semula berorientasi pada kenyamanan fisik dan fisiologis pengguna, kini mulai lebih memprioritaskan keindahan dan keunikan visual ruang agar dapat menjadi destinasi wisata swafoto yang ‘instagrammable’. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh fenomena swafoto mempengaruhi perancangan desain interior pada ruang komersial, dan bagaimana fenomena ini berpengaruh terhadap tingkat kesadaran masyarakat terhadap estetika visual pada desain interior ruang komersial. Penelitian ini menggunakan metode exploratory research , dengan menggunakan Studi literatur, teknik wawancara terhadap pengguna ruang dan desainer arsitektur & interior ruang publik, observasi lapangan di beberapa lokasi destinasi wisata swafoto area Malang yang terbagi kedalam tiga kategori: Resto/Cafe, area wisata keluarga, dan Hotel/ Villa, beserta kuisioner random sampling terhadap kedua kelompok responden tersebut. Hasil yang didapatkan adalah keunikan visual ruang menjadi salah satu prioritas dalam mengkonsep perancangan ruang komersial yang mentarget pengguna dengan rentang usia 13-40 tahun, dengan tujuan agar dapat menjadi destinasi wisata swafoto. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa fenomena swafoto ini membawa dampak positif terutama pada generasi muda yang semakin memiliki kesadaran terhadap estetika visual yang ada di lingkungan sekelilingnya dibandingkan generasi sebelumnya, dan memiliki dampak lanjutan naiknya level kebudayaan visual pada masyarakat. Fenomena ini harus dapat direspons dengan baik dan optimal oleh semua kelompok desainer; dari interior, arsitektur, grafis hingga produk, untuk dapat memberikan rancangan yang tidak hanya menarik secara visual, namun juga mampu memberikan pemahaman budaya, lingkungan, dan estetika yang benar kepada masyarakat. The integration between camera and communication technology inside the smartphone, creating a new phenomenon in society, that is ‘selfie’, which has a broad impact: the phenomenon coverage across generations, socio-culture, and economical level. This phenomenon implies priority changes in designing and promoting various types of commercial public spaces, and how this phenomenon affecting public awareness level of visual aesthetic in commercial interior design. This research conducted with exploratory research, by literature study, using interviewing techniques toward place users and architecture & interior designer of commercial public area, field observation in several selfie travel destination in Malang area divided into 3 category: Cafe/Restaurants, family tourism destination, and villa/ hotels, and random sampling questionnare towards both group respondents. The result obtained that place’s visual uniqueness become one of the top priority in concepting commercial space design with the target user in age range within 13-40 years old, aiming to become a tourist’s selfie travel destination. This research also shows that selfie phenomenon has a positive impact specially on young generation who having an increasing visual awareness of aesthetics in their surrounding environment than the older generations, and further impacting in increased level of visual culture in society. This phenomenon should be responded well and optimally by all designer category: from interior, architecture, graphical to product designer who would provide a design that is not only visually appealing, but also be able to give a better understanding of culture, environment, and aesthetics to society.

Volume 4
Pages 37-48
DOI 10.12962/J12345678.V4I1.5242
Language English
Journal None

Full Text