Archive | 2021
Perempuan Dalam “Misi Suci” Kesejahteraan Sosial: Wujud Dikotomi
Abstract
Kesejahteraan sosial merupakan sebuah “misi suci” yang dikonsepkan serta dijalankan di seluruh negara maju dan negara berkembang, termasuk Indonesia sebagai negara berkembang. Banyak yang telah dilakukan pemerintah dari masa ke masa pergantian rezim melalui program bantuan sosialnya, tidak terkecuali perempuan sebagai penerima manfaat. Perempuan di Indonesia masih disebut sebagai golongan yang lebih rentan tehadap kemiskinan.Melalui Program Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), MAMPU, Jaminan Persalinan (Jampersal), dan Program Keluarga Harapan (PKH) Indonesia berusaha mewujudkan “misi suci” kesejahteraan sosial bagi warga negaranya. Tulisan ini mendeskripsikan perjalanan perempuan sebagai penerima bantuan program kemiskinan dalam konteks isu kesejahteraan sosial. Representasi perempuan sebagai penerima bantuan program kemiskinan menampilkan dikotomi antara gagasan kesetaraan dengan praktek implementasi programnya. Perempuan diposisikan siap menjadi objek dari program kesejahteraan sosial namun pada prakteknya menurut konsep gender nature dan nurture serta ide pemikiran Bordieou masih terdapat beberapa poin yang belum maksimal mengingat rencana Indonesia menyongsong tahun 2050 diperkirakan menjadi negara terkaya keempat di dunia yang merujuk pada Graduate Forum UIN Sunan Kalijaga. Memahamimasalah ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif studi pustakaan dengan mengumpulkan dan menganalisa literatur terdahulu. Tulisan ini lalu mencoba menguraikan dinamika sekaligus tantangan dan problematika secara kultural dan struktural. [Social welfare is a “holy mission” conceptualized and implemented in all developed and developing countries, including Indonesia as a developing country. Government has done many efforts from time to time of regime changes through their social assistances including women as beneficiaries. Women in Indonesia are categorized as more vulnerable to poverty. Through Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), MAMPU, Jaminan Persalinan (Jampersal), and Program Keluarga Harapan (PKH) Indonesia has attempted to realize the “holy mission” of social welfare for the citizens.This paper describes the journey of women as beneficiaries of poverty programs in the context of social welfare issue. Women’s representation as the beneficiaries of poverty programs performs a dichotomy etween the idea of equality and the practice of program implementation. Women are positioned to be ready as the objects of social welfare programs but in the practice based on nature and nurture gender concept and Bordieou’s idea there are still some points that have not been maximized considering that Indonesia is planned to be the fourth richest country in the world in 2050 that refers to Graduate Forum UIN SunanKalijaga. Understanding this problem the author used literature studies of quality approach by collecting and analyzing previous literatures. This paper then tried to describe the dynamics as well as challengesand problems in a cultural and structural way.]