Archive | 2019

Layanan bimbingan kemandirian anak berkebutuhan khusus tunagrahita melalui pendekatan behavioral: Penelitian di Sekolah Luar Biasa BC Mulyabakti, Bandung Barat

 

Abstract


Anak tunagrahita yang memiliki IQ dibawah rata-rata orang normal, maka anak berkebutuhan khusus tunagrahita akan sulit berkembang dan lemah dalam segi intelektual. Jangankan dari segi intelektual, untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari saja mereka sangat bergantung kepada orang lain. Dilihat dari segi lainnya yaitu anak tunagrahita bisa di bimbing dan sedikit-demi sedikit di ubah tingkah lakunya menjadi lebih mandiri. Untuk itu di butuhkannya peran pendamping melalui layanan bimbingan kemandirian anak berkebutuhan khusus tunagrahita melalui pendekatan behavioral. \n \nTujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui proses layanan bimbingan kemandirian anak berkebutuhan khusus tunagrahita melalui pendekatan behavioral. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang terjadi dalam pelaksanaannya. Kemudian untuk mengetahui hasil yang di capai setelah dilakukannya proses layanan bimbingan kemandirian anak berkebutuhan khusus tunagrahita melalui pendekatan behavioral. \n \nPenelitian ini menggunakan metode deskriptif pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi yang dilakukan kepada pembimbing dan juga orang tua siswa di SLB Mulya Bakti Bandung Barat. \nLayanan bimbingan kemandirian anak berkebutuhan khusus tunagrahita melalui pendekatan behavioral ini adalah suatu proses pemberian bantuan kepada anak berkebutuhan khusus tunagrahita dengan menggunakan teknik-teknik yang terdapat dalam pendekatan behavioral. Layanan kemandirian ini sebagai upaya meningkatkan kemandirian anak berkebutuhan khusus tunagrahita agar tidak terlalu bergantung pada orang lain dalam melakukan aktifitas sehari-hari. \n \n Hasil penelitian ini menunjukan bahwa layanan bimbingan kemandirian anak berkebutuhan khusus tunagrahita melalui pendekatan behavioral di SLB Mulya Bakti ini terlihat perubahan yang signifikan. Proses layanan ini dilaksanakan dengan terstruktur dan terarah melalui proses perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut. Dalam proses tersebut menggunakan metode percontohan, pengkondisian operan, perkuatan positif, pembentukan respons dan penghapusan. Materi yang diberikan merujuk kepada indikator kemandirian sosial emosi, fisik dan fungsi tubuh,dan kemandirian intelektual. Hambatan yang terjadi dalam proses layanan bimbingan ini muncul dari faktor eksternal seperti kelengkapan fasilitas sekolah, juga faktor internal yaitu perbedaan klasifikasi dan karakter anak. Perubahan yang signifikan terjadi pada anak dengan tunagrahita ringan dan sedang, sedang anak dengan tunagrahita berat tidak terlalu signifikan perubahannya. Dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kemandirian menggunakan pendekatan behavioral ini dapat menjadikan anak tunagrahita menjadi lebih mandiri

Volume None
Pages None
DOI 10.15575/ALISYRAQ.V2I2.30
Language English
Journal None

Full Text