Archive | 2019

KETERBUKAAN AREAL HUTAN AKIBAT PENEBANGAN INTENSITAS RENDAH DI SALAH SATU IUPHHK-HA DI PAPUA

 
 

Abstract


Harvesting of natural production forest with selective cutting system creates felling gaps and reduces canopy cover. Treefall gaps play important roles in forest ecology. The information of size and form of treefall gaps due to low harvest intensity (0,58 tree ha -1 ) in tropical natural forest is poorly established. This study aims to calculate the size of treefall gaps and to correlate nature of felled tree (tree height, tree diameter, crown height, crown diameter) and slope with size of treefall gaps. The study was carried out in a cutting block of a forest concession in Papua province. The plot used is a circular plot of 1.7 ha. The 15 sample plots were placed in the cutting block randomly. The size of treefall gaps is calculated by measuring the length and wide of area openness after tree felling. The average area of forest gap before tree felling, canopy gaps and expanded gaps respectively was 0,04%, 1,52% (258,7 m 2 ), and 2,66% (451,7 m 2 ). Tree height of felled tree has significant relationship to the size of treefall gaps. Penebangan hutan alam produksi dengan sistem tebang pilih menciptakan ruang terbuka (gaps) dan mengurangi tutupan tajuk. Keterbukaan tajuk hutan akibat penebangan memiliki peran penting dalam ekosistem hutan. Hingga saat ini masih sedikit informasi yang diketahui tentang ukuran dan bentuk keterbukaan tajuk akibat penebangan pohon dengan intensitas rendah di hutan tropis yang dipublikasikan. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung luas areal hutan yang terbuka akibat penebangan pohon dengan intensitas rendah (0,58 pohon ha -1 ), dan menganalisis faktor pohon yang ditebang (tinggi pohon, diameter pohon, tinggi tajuk dan diameter tajuk) dan kemiringan lapangan, yang mempengaruhi luas keterbukaan area hutan akibat penebangan. Penelitian ini dilakukan di salah satu petak tebangan pada salah satu pengusahaan hutan alam produksi di propinsi Papua. Plot contoh yang digunakan adalah plot lingkaran dengan luas 1,7 ha. Jumlah plot contoh sebanyak 15 plot yang tersebar secara acak di petak tebangan. Luas keterbukaan areal hutan dihitung dengan cara mengukur panjang dan lebar areal terbuka setelah penebangan pohon. Ratarata luas keterbukaan tajuk tegakan hutan alam produksi yang belum ditebang sebesar 0,04%. Rata-rata luas keterbukaan tajuk dan areal hutan yang terbuka akibat penebangan pohon dengan intensitas rendah berturut-turut adalah 1,52% (258,7 m 2 ) dan 2,66% (451,7 m 2 ). Tinggi pohon yang ditebang berpengaruh nyata terhadap luas areal hutan yang terbuka akibat penebangan.

Volume 6
Pages 201-210
DOI 10.20527/JHT.V6I3.5979
Language English
Journal None

Full Text