Archive | 2019

Ketahanan Delapan Klon Abaka (Musa textilis) Terhadap Fusarium oxysporum F sp. cubesence

 
 
 
 
 

Abstract


Penyakit layu Fusarium pada tanaman Abaka ( Musa textilis\xa0 L.) yang disebabkan oleh\xa0 Fusarium oxysporum\xa0 \xa0f sp. c ubesence\xa0 ( Foc ) merupakan salah satu kendala terhambatnya perkembangan Abaka di Indonesia karena menyebabkan penurunan kualitas serat.\xa0 Gejala serangan Foc adalah terbelahnya batang semu bagian luar dan warna daun berubah menjadi kuning pucat sampai kuning kecoklatan kemudian layu.\xa0 Indonesia belum memiliki varietas unggul untuk mendukung pengembangan Abaka, meskipun Balittas memiliki koleksi plasma nutfah yang cukup.\xa0 Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi ketahanan delapan klon Abaka yang memiliki potensi produksi tinggi terhadap infeksi\xa0 Foc .\xa0 Penelitian dilakukan di rumah kaca Balittas pada tahun 2018.\xa0 Sebanyak delapan klon abaka (UB4, Tangongon, Tangongon 70-3-1-1-2, UB-7, Cilacap, UB-8, UB-11, dan UB-5) yang diuji disusun dalam Rancangan Acak Kelompok dengan tiga kali ulangan.\xa0 \xa0Isolat\xa0 Foc \xa0yang digunakan berasal dari tanaman abaka yang menunjukkan gejala layu Fusarium.\xa0\xa0\xa0 Masing-masing klon ditanam dalam polibag berukuran 500 g satu tanaman per polibag. Setiap klon ditanam sebanyak 10 polibag per ulangan. \xa0Benih abaka berumur 3 bulan direndam selama 24 jam dalam suspensi konidia\xa0 Fo c \xa0dengan kerapatan10 5 /ml. Pengamatan kejadian penyakit dilakukan setiap 5 hari sekali sampai tanaman berumur 60 hari.\xa0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa, \xa0tidak ada klon abaka yang diujikan tahan terhadap\xa0 Foc melainkan rentan (UB8 dan Tangongon) dengan tingkat kejadian penyakit 43,3% - 46,7% dan sangat rentan (Cilacap, UB4, Tangongon 70-3-1-1-2, UB-7,\xa0 UB-11, dan UB-5) dengan tingkat kejadian 56,7% - 96,7% . Resistance of Eight Clones of Abaca ( Musa\xa0 t extilis )\xa0 t o\xa0 Fusarium\xa0 o xysporum \xa0F\xa0 s p.\xa0 c ubesence ABSTRACT . Fusarium wilt on Abaca ( Musa textilis\xa0 L.) caused by\xa0 Fusarium oxysporum\xa0 f sp. c ubesence\xa0 ( Foc ) was one of the obstacles to development of Abaca in Indonesia since it decreased fibre quality. Symptom of\xa0 Foc \xa0infection was splitted of the outer low pseudostem and discoloured of the leaf sheat to pale yellow or brownish yellow and then wilt. Indonesia has not released a superior variety (ies) to support the development of Abaca, although Balittas has enough germplasm collection.\xa0 This paper reported the resistance of eight Abaca clones, which have high potential production, to\xa0 Foc .\xa0 The trial activity has been conducted in the screen house of BALITTAS in 2018.\xa0 The tested clones were:\xa0 UB4, Tangongon, Tangongon 70-3-1-1-2, UB-7, Cilacap, UB-8, UB-11, and UB-5 which was arraned in randomized block design with three replicates.\xa0 Foc\xa0 was isolated diseased abaca with wilt and yellow leaf symptom. Each clone was grown in sterilised soil in a 500 g polybag, with 10\xa0 three months old \xa0plants for each replicate. \xa0The plants were soaked in conidial suspension (10 5 /ml) for 24 hours.\xa0 Disease incidence was observed every five days for 60 days.\xa0 Result of the test showed, none of the clones was resistant to\xa0 Foc but susceptible (UB8 and Tangongon) with disease incidence rates of 43.3% - 46.7% and very susceptible (Cilacap, UB4, Tangongon 70-3-1-1 -2, UB-7, UB-11, and UB-5) with an incidence rate of 56.7% - 96.7%, respectively.

Volume 11
Pages 1-7
DOI 10.21082/BTSM.V11N1.2019.1-7
Language English
Journal None

Full Text