Archive | 2019

Gamer dan Muslimah: Konstruksi Identitas Virtual Gamer Daring Profesional

 
 

Abstract


Abstrak Fenomena bertambahnya jumlah gamer perempuan di Indonesia dilatar belakangi dengan masifnya pembelian smartphone . Video game yang didominasi kaum laki-laki dalam hal audiens pasar hingga representasi karakter, belakangan ini mulai menunjukkan adanya pergeseran konsumen game . Kaum perempuan di Indonesia yang berasal dari berbagai kalangan kini mendapatkan tempat dalam industri game . Sebagai negara yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam, tentu\xa0 perempuan muslim atau muslimah juga termasuk ke dalam konsumen game. Eksistensi mereka dibuktikan dengan munculnya beberapa muslimah yang berprofesi sebagai Gamer Profesional. Mengkaji bagaimana pemain game daring yang berasal dari kelompok yang dianggap terpinggirkan di Komunitas Gamer , dalam \xa0membangun identitas mereka di dunia virtual menjadi isu yang menarik untuk diteliti secara mendalam. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi\xa0 bagaimana lingkungan virtual menyediakan ruang untuk membangaun identitas dan untuk memahami konstruksi identitas virtual gamer muslimah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan paradigma konstruktivisme. Alat pengumpulan data berupa wawancara mendalam dan observasi. Setelah data terkumpul, peneliti kemudian menganalisisnya menggunakan analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam aspek perluasan diri, gamer muslimah berjilbab lebih dominan pada domain ideal self yang berasal dari keinginan, aspirasi, atau harapan yang diimpikan dan tidak mampu diwujudkan di dunia nyata. Kemudian, pada aspek aregasi diri, gamer muslimah menekankan budaya kolektivisme yang menjunjung kepentingan kelompok, saling berbagi, dan kerja sama kelompok.\xa0\xa0 Abstract The phenomenon of increasing number of female gamers in Indonesia is motivated by the massive purchase of smartphones. Video games who dominated by men in terms of market audiences to character representations have recently begun to show a shift in game consumers. Women in Indonesia who come from various backgrounds are now gaining a place in the gaming industry. As a country whose majority of people are Muslim, of course Muslim women or Moslemah are also included in the game consumer. Their existence is evidenced by the emergence of several Muslim women who work as professional gamers. Studying how online gamers who come from groups deemed marginalized in the Gamer Community, constructing their identity in the virtual world is an interesting issue to be studied in depth. This study aims to explore how the virtual environment provides space to build identity and to understand the construction of virtual identity of veiled Moslemah gamers. This research uses a qualitative approach, a constructivist paradigm, and a phenomenological research strategy. Data collection tools in the form of in-depth interviews and observation. After the data is collected, the researcher then analyzes it using thematic analysis. The results showed that in the aspect of self-expansion, veiled Moslemah gamers were more dominant in the ideal domain of self that originated from desires, aspirations, or hopes that were dreamed of and could not be realized in the real world. Then, in the aspect of self-aggregation, Muslim gamers emphasize a culture of collectivism that upholds group interests, sharing, and group collaboration.

Volume 4
Pages 121-136
DOI 10.21111/ejoc.v4i2.3635
Language English
Journal None

Full Text