Archive | 2019

Laporan Kasus : WANITA USIA 20 TAHUN DENGAN SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS (SLE) DAN HbA1c RENDAH PALSU

 
 

Abstract


Pengukuran HbA1c memberikan informasi mengenai kadar gula pasien selama tiga bulan. Kadar HbA1c rendah palsu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti hemoglobinopati, anemia, turnover eritrosit abnormal (anemia hemolitik, perdarahan, transfusi darah, anemia defisiensi Fe). Kami melaporkan presentasi klinis pada pasien wanita yang memiliki kadar HbA1c sangat rendah (1,8%) yang diakibatkan oleh anemia hemolitik pada SLE. Seorang wanita usia 20 tahun datang dengan keluhan utama sesak napas, disertai adanya badan terasa lemas, nafsu makan menurun, dan kedua kaki bengkak. Pasien memiliki riwayat PDA (patent ductus arteriosus). Pemeriksaan fisik menunjukkan takikardia, takipnea, konjungtiva anemis, ruam malar, distensi JVP (jugular venous pressure), kardiomegali dengan murmur sistolik, ronki basal paru bilateral, dan edema tungkai bawah. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan anemia normokrom makrositer, trombositopenia, peningkatan RDW (red cell distribution width), HbA1c 1,8%, hipoalbuminemia, alkalosis respiratorik, proteinuria dan hematuria. Tes Coombs’ positif 3, ANA dan anti-dsDNA positif. Ekokardiogram menunjukkan PDA sedang. Rendahnya kadar HbA1c diakibatkan menurunnya usia eritrosit. Namun, terlalu cepatnya turnover eritrosit seperti pada anemia hemolitik dapat menyebabkan hemoglobin tidak dapat terglikasi sehingga kadar HbA1c menjadi rendah palsu.\xa0 Disimpulkan hasil pemeriksaan HbA1c tidak akurat pada pasien dengan anemia hemolitik pada SLE. Maka, disarankan melakukan pemeriksaan gula darah puasa dan gula darah 2 jam post prandial.

Volume 6
Pages 270-276
DOI 10.21776/ub.majalahkesehatan.2019.006.04.6
Language English
Journal None

Full Text