Litera | 2021

GIVING ROOM FOR THOSE WHO ARE FORGOTTEN: READING THE FIGURES OF QUEEN KALINYAMAT AND DEWI RENGGANIS IN INDONESIAN NOVELS

 

Abstract


The patriarchal system which is dominant in most ethnic groups in Indonesia has brought up narratives that favor men. As a result, men are the main characters and heroes in a number of Indonesian folk literature, whereas the position and role of women tend to be marginalized. This study tries to understand two female figures, Queen Kalinyamat and Dewi Rengganis, who were transformed in Indonesian novels. In folklore both tend to be marginalized because they accentuate male heroes. However, in Indonesian novels both tend to be highlighted on their position and role in society, as can be found in the novel Ratu Kalinyamat (Hadi, 2010 ) and Cantik Itu Luka (Kurniawan, 2004, first edition). By using a qualitative descriptive method that bases on the framework of postmodernist feminism analysis, this study tries to interpret its position and role in society. By using a qualitative descriptive method that bases on the framework of postmodernist feminism analysis, this study tries to interpret its position and role in society. The results showed that the novels Ratu Kalinyamat and Cantik Itu Luka were written to bring back female characters that had existences as subjects who not only had power over their autonomy but were also able to exercise their power. Ratu Kalinyamat (Hadi, 2010) which transformed Queen Kalinyamat and Cantik Itu Luka (2004, first edition) which transformed Dewi Rengganis, and Dayang Sumbi showed an effort to bring back female figures who historically and in myths were considered to exist in the past. This is in line with the mission of feminist literature and feminist studies aimed at identifying the elimination and elimination of information about women in general. Keywords: feminism, women, folklore, marginalization, patriarchy MEMBERI RUANG UNTUK MEREKA YANG TERLUPAKAN: MEMBACA SOSOK RATU KALINYAMAT DAN DEWI RENGGANIS DALAM NOVEL INDONESIA Abstrak Sistem patriarki yang dominan di sebagian besar suku bangsa di Indonesia telah memunculkan narasi-narasi yang berpihak pada laki-laki. Akibatnya, laki-laki menjadi tokoh utama dan pahlawan dalam sejumlah sastra rakyat Indonesia, sedangkan posisi dan peran perempuan cenderung terpinggirkan. Penelitian ini mencoba memahami dua sosok perempuan, Ratu Kalinyamat dan Dewi Rengganis, yang ditransformasikan dalam novel-novel Indonesia. Dalam cerita rakyat keduanya cenderung terpinggirkan karena menonjolkan pahlawan laki-laki. Namun, dalam novel-novel Indonesia keduanya cenderung menonjolkan kedudukan dan perannya dalam masyarakat, seperti yang terdapat dalam novel Ratu Kalinyamat (Hadi, 2010) dan Cantik Itu Luka (Kurniawan, 2004, edisi pertama). Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yang berpijak pada kerangka analisis feminisme postmodernis, penelitian ini mencoba menginterpretasikan posisi dan perannya dalam masyarakat. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yang berpijak pada kerangka analisis feminisme postmodernis, penelitian ini mencoba menginterpretasikan posisi dan perannya dalam masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa novel Ratu Kalinyamat dan Cantik Itu Luka ditulis untuk menghadirkan kembali tokoh-tokoh perempuan yang memiliki eksistensi sebagai subjek yang tidak hanya memiliki kekuasaan atas otonominya tetapi juga mampu menjalankan kekuasaannya. Ratu Kalinyamat (Hadi, 2010) yang mentransformasikan Ratu Kalinyamat dan Cantik Itu Luka (2004, edisi pertama) yang mentransformasikan Dewi Rengganis, dan Dayang Sumbi menunjukkan upaya untuk memunculkan kembali sosok-sosok perempuan yang secara historis dan mitos dianggap ada di masa lalu. Hal ini sejalan dengan misi sastra feminis dan studi feminis yang bertujuan untuk mengidentifikasi eliminasi dan eliminasi informasi tentang perempuan secara umum. Kata kunci: feminisme, perempuan, folklore, marginalisasi, patriarki

Volume 20
Pages 287-298
DOI 10.21831/LTR.V20I2.35894
Language English
Journal Litera

Full Text