Archive | 2019

ANALISIS PERBAIKAN SUB GRADE/ TANAH DASAR MENGGUNAKAN BAHAN TAMBAHAN KAPUR DAN ABU SEKAM PADI PADA RUAS JALAN KI HAJAR DEWANTARA, 38 B BANJAR REJO LAMPUNG TIMUR - BATAS KOTA METRO

 
 

Abstract


Tanah dasar sebagai pondasi perkerasan di samping harus mempunyai kekuatan atau daya dukung terhadap beban kendaraan, maka tanah dasar juga harus mempunyai stabilitas volume akibat pengaruh lingkungan terutama air. Tanah dasar di ruas Jalan Ki Hajar Dewantara 38 B Banjar Rejo Lampung Timur perlu dilakukan analisa lebih lanjut karena terindikasi tanah lempung. Ruas jalan tersebut adalah salah satu ruas jalan di Lampung Timur yang sering mengalami kerusakan walaupun telah dilakukan perbaikan perkerasan terutama pada musim hujan dan ketika mengalami kelebihan tonase kendaraan yang melewati jalan tersebut, hal ini adalah salah satu fenomena yang melatar belakangi dilakukannya analisis ini karena ruas jalan tersebut merupakan salah satu jalan penghubung antara Kota Metro-Kabupaten Lampung Timur yang dilalui kendaraan baik pribadi maupun kendaraan umum dengan tonase berukuran kecil sampai besar. Melimpahnya limbah merang (kulit padi) yang setelah mengalami proses pembakaran berubah menjadi abu sekam padi di Kota Metro dan Lampung Timur menginspirasikan peneliti untuk memanfaatkan limbah tersebut yang dicampur dengan kapur untuk dijadikan sebagai bahan tambahan pada proses stabilisasi dan perkuatan tanah dasar di lokasi penelitian sekaligus membantu pemerintah daerah dalam pelestarian lingkungan daerah setempat. Dari permasalahan yang ditunjukkan di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbaikan Sub Grade /Tanah Dasar Menggunakan Bahan Tambahan Kapur dan Abu Sekam Padi Pada Ruas Jalan Ki Hajar Dewantara, 38 B Banjar Rejo Lampung Timur-Batas Kota Metroâ€\x9d Untuk uji di lapangan dilakukan uji borring dengan kedalaman maksimal 1 m pada setiap titik lokasi yang akan dilakukan pengujian. Setelah itu sample dibawa ke laboratorium guna mendapatkan informasi teknis mengenai parameter dan sifat dari sample disturbed tersebut baik tanah asli dan campuran melalui beberapa pengujian tanah antara lain kadar air, berat jenis tanah, CBR (kering dan rendaman) , uji proctor, sieve analysis dan atterberg limit ( LL dan PL). Nilai CBR yang dipakai adalah nilai optimum dari pengujian CBR Laboratorium. Berdasarkan grafik, nilai optimum CBR Design ada pada komposisi 22 % penambahan kapur dengan nilai CBR Design 9.30%, dan pada komposisi 22% penambahan tanah dengan abu sekam padi dengan nilai 8.79%. Melihat nilai CBR yang telah diperoleh maka tanah hasil stabilisasi kapur lebih baik untuk dijadikan bahan lapisan tanah dasar (Subgrade) untuk meningkatkan Daya Dukung Tanah (DDT). Daya dukung tanah yang distabilisasi dengan kapur lebih besar dari pada tanah yang distabilisasi dengan abu sekam padi, karena reaksi kapur yang terjadi pada campuran tanah membentuk butiran baru yang lebih keras sehingga lebih kuat menahan beban yang diberikan, disamping itu kapur sangat mudah tercampur dengan tanah, pada saat terendam air campuran tanah dengan kapur lebih tahan lama dari pada abu sekam padi. Sedangkan 2 TAPAK Vol. 8 No. 1 November 2018 e-ISSN ; 2548-6209 p-ISSN ; 2089-2098 abu sekam padi tidak bisa terlalu lama menahan air, karena saat terendam ikatan antar butir tanah dan antar butir tanah dengan abu sekam padi menjadi lemah sehingga mengakibatkan berkurangnya tingkat kepadatan tanah yang berdampak menurunnya nilai daya dukung tanah. Kata Kunci : Stabilisasi Tanah Dasar, Tanah Lempung, Kapur dan Abu Sekam Padi

Volume 8
Pages 1-8
DOI 10.24127/TP.V8I1.794.G565
Language English
Journal None

Full Text