TURTLENECK HITAM DAN FEMALE-MASCULINITY: Analisis Presentasi Diri Elizabeth Holmes dalam Skandal “Theranos” di Amerika Serikat tahun 2019

Abstract

The breakthrough in high technology carried out by young people seems to be the motor of Elizabeth Holmes to establish a biotech company Theranos at the age of 19 and decided to leave Standford University. With the ability to present herself and her courage to take risks, Holmes became the figure of hope and positioned by the media as The Next Steve Jobs . Holmes claims that she can make a product that is capable of detecting a variety of diseases only from a drop of blood, different from the current method that uses blood vials and a long time to process. Unfortunately, everything tumbled after its superior product, Edison, was declared a failure by the FDA. The formulation of the problem in this study is how Holmes made her presentation in the midst of a very masculine industry. This study uses interpretive qualitative analysis using the dramaturgy approach of Geoffman as well as Leary-Kowalski, analyzing the self presentation of Holmes, including the use of black turtlenecks, heavy voices, and masculine behavior, as well as the way to look at others deeply, to it is mentioned that Holmes rarely blinks. The content analyzed in this study was through a documentary film, entitled The Inventor: Out of Blood of Silicon Valley as well as many video contents from Youtube and other documentation. The conclusion that can be taken from this analysis is that Holmes was keen to set up her presentation strategy as a female-masculine leader, to strengthen her position in Silicon Valley as Theranos initiator, until she managed to get up to billions of dollars in funding from many top investors, and personal appreciation from the Presidents. \n \n[Terobosan dalam teknologi tinggi yang dilakukan oleh anak-anak muda agaknya menjadi motor Elizabeth Holmes untuk mendirikan perusahaan bioteknologi “Theranos” di usia 19 tahun dan memutuskan untuk keluar dari Standford University. Dengan kemampuan presentasi diri dan keberaniannya mengambil risiko, Holmes menjadi sosok yang digadang-gadang menjadi “The Next Steve Jobs”.Hampir semua ciri khas Jobs ditiru oleh Holmes, dengan dalih dirinya mengidolakan tokoh pendiri Apple tersebut.Holmes mengklaim bahwa dirinya bisa membuat sebuah produk yang mampu mendeteksi beragam penyakit hanya dari setetes darah, berbeda dengan metode saat ini yang menggunakan bervial-vial darah dan waktu lama untuk mendeteksi penyakit.Sayangnya, semua berubah setelah produk unggulannya, Edison, dinyatakan gagal oleh FDA.Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Holmes melakukan presentasi diri di tengah industri teknologi dan bioteknologi yang sangat maskulin.Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif interpretif dengan menggunakan pendekatan dramaturgi Geoffman dan Leary-Kowalski, menganalisis presentasi diri dari Holmes yang fenomenal, di antaranya penggunaan turtleneck hitam di setiap waktu, bersuara berat, dan berperilaku maskulin, juga caranya menatap orang lain dalam-dalam, hingga disebutkan bahwa Holmes jarang mengedipkan mata. Konten yang dianalisis adalah melalui tayangan film dokumenter produksi HBO, yang berjudul “The Inventor: Out of Blood of Silicon Valley” juga konten video dari Youtube dan dokumentasi lainnya. Kesimpulan yang bisa diambil dalam analisis ini adalah bahwa Holmes memang jeli mengatur strategi presentasi dirinya sebagai pemimpin yang female-masculine, untuk memperkuat posisinya di Silicon Valley sebagai penggagas Theranos, hingga berhasil mendapat sokongan dana hingga milyaran dollar dari banyak investor papan atas hingga apresiasi dari Presiden Amerika Serikat].