Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan | 2021

PETA MUTU SATUAN PENDIDIKAN DI INDONESIA (Studi Pilotting Project akreditasi 2020)

 
 

Abstract


Adanya\xa0 perubahan paradigma sistem akreditasi yang berbasis performance, penekanan\xa0\xa0\xa0 diberikan\xa0 kepada kinerja\xa0 (performance) satuan pendidikan ketimbang pemenuhan persyaratan admistratif (compliance). Mutu kinerja satuan pendidikan sesuai IASP 2020 difokuskan pada empat komponen utama: \xa0mutu lulusan, \xa0proses pembelajaran, mutu guru, dan manajemen sekolah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji peta mutu pendidikan bedasarkan jenis, jenjang dan wilayah serta kinerja menurut komponen mutu dan faktor kendala untuk pencapaian mutu pendidikan. \nMetode penelitian ini mengganakan pendekatan kombinasi kuantitatif dan kualitatif. Populasi penelitian adalah satuan pendidikan yang habis masa akreditasinya tahun 2020 yaitu lebih dari 50 ribu satuan pendidikan yang terdiri dari SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK dan SLB yang tersebar pada 34 Provinsi. Sampel penelitian ditetapkan berdasarkan quota terhadap 4.817 \xa0sekolah dan madrasah. Teknik sampling yang digunakan adalah quota sampling yang dibagi secara proporsional menurut provinsi, jenis, jenjang dan peringkat akreditasi. \xa0Instrumen akreditasi yang digunakan adalah Instruman Akreditasi (IASP 2020). Metode pengumpulan data menggunakan telaah dokumentasi, observasi, wawancara, dan angket. \nHasil analisis menyimpulkan bahwa mayoritas sekolah/madrasah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terakreditasi B (50,4%). SMA memiliki peringkat akreditasi lebih baik di bandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya, sebaliknya SD/MI memiliki presentasi peringkat akreditasi A terkecil. Peta mutu pendidikan antar provinsi di Indonesia sangat bervariasi. Provinsi DKI memiliki persentase peringkat A terbanyak sedangkan yang terendah adalah NTT. Dari empat komponen mutu pendidikan yang diukur dalam akreditasi menunjukkan bahwa komponen mutu guru dan mutu lulusan untuk semua jenis dan jenjang pendidikan memperoleh penilaian yang paling rendah dibandingkan tiga komponen lainnya. Faktor yang menjadi penyebab rendahnya mutu pendidikan berbeda antar jenjang pendidikan. Untuk jenjang SD/MI faktor penyebabnya antara lain masih rendahnya kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara efektif, berpikir kritis dalam pemecahan masalah dan masih rendahnya inisiatif guru melakukan pengembangan profesi berkelanjutan. Pada SMK, beberapa kinerja yang kurang antara lain masih rendahnya lulusan SMK yang memperoleh sertifikat kompetensi dari Lembaga Sertifikat Profesi, pengelolaan unit produksi/business center/technopark belum baik dan masih rendahnya \xa0guru yang menerapkan hasil pelatihan/magang di dunia kerja dalam proses pembelajaran. Pada SLB masih kurangnya tenaga ahli yang profesional.

Volume None
Pages None
DOI 10.24832/jpkp.v14i1.434
Language English
Journal Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan

Full Text