Archive | 2019

KEARIFAN BUDAYA SUNDA DALAM PERALIHAN KEPEMIMPINAN KERAJAAN SUNDA DI KAWALI SETELAH PERANG BUBAT

 
 

Abstract


Pemerintahannya, Bunisora Suradipati cenderung sebagai raja yang berkarakteristik religius. Kepiawaian Bunisora Suradipati dalam mengolah kerajaan sangat bagus dan sangat bijaksana. Beliau memegang penuh kestabilan aturan dan norma-norma kenegaraan. Konsep kepemimpinan di Sunda pada waktu pemerintahan Bunisora Suradipati tidak bisa lepas dari dua hal. Pertama, kitab Watang Ageung (satu kitab yang selalu digunakan oleh orang Sunda yang mengadopsi atau meyakini ageman atau kepercayaan Sunda Wiwitan. Yang kedua yaitu dari Siksakandang Karesian. Salah satunya konsep kepemimpinannya ialah dengan menggunakan konsep Tri Tangtu (tiga kunci atau tiga titik pemerintahan). Ketiga kunci tersebut yaitu Resi, Ratu, dan Rama. Tipe kepemimpinan Bunisora Suradipati adalah tipe kepemimpinan demokratis. Pada tahun 1371 Masehi, Bunisora Suradipati menyerahkan tahtanya kepada Niskala Wastu Kancana. Hal itu terjadi karena keluhuran budi Bunisora Suradipati, khususnya kejujurannya, sehingga Bunisora Suradipati menganggap bahwa tahta tersebut merupakan sebuah titipan, sebagai amanat sambil menunggu pewaris tahta yang sebenarnya dewasa, yaitu Niskala Wastu Kancana. Budaya Sunda berdampak besar terhadap kepemimpinan dan tatanan pemerintahan, serta berdampak juga terhadap kehidupan masyarakatnya. Salah satu dampak besar yang terjadi di Kerajaan Sunda setelah terjadinya tragedi Perang Bubat, yaitu “Dilarangnya keluarga Keraton atau kerabat keraton Kerajaan Sunda menikah dengan keluarga atau kerabat keraton Majapahit”. Hebatnya lagi dalam hal pemerintahan, keluhuran Budi Bunisora suradipati itu ditiru dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari Niskala Wastu Kancana sebagai anak asuhnya. Sewaktu Niskala Wastu Kancana memegang tahta kerajaan, itu tidak terlepas dari ingatannya yaitu dari amanat-amanat sang paman, Bunisora Suradipati. Kata Kunci: Budaya Sunda, Kepemimpinan dan Perang Bubat ABSTRACT Government, Bunisora Suradipati tend to be characterized by religious king. Bunisora Suradipati’s skill into manage the kingdom was very good and so wise. He was kept the stability of arrangment and the norm of state. The Concept of the leadership in sundanic even Bunisora suradipati government was never be apart from two items. First, is kitab Watang Ageung (one kitab which always used by sundanese who adopt or be sure about certainty or believing Sunda Wiwitan). Second, Siksakandang Karesian. One of them leadership concept is used Tri Tangtu (the three key or the three drip government). And the three key was Resi, Ratu, dan Rama. Bunisora Suradipati type of leadership is the type of democratic leadership. In the year 1371 AD, Bunisora Suradipati gives his throne to Niskala Wastu Kancana. That’s was happened because of Bunisora Suradipati’s kindness, especially his honesty, so Bunisora Suradipati consider that the trone it was a deposit, as a mandate while waiting trone hairs, is Niskala Wastu Kancana. Sundanese culture have a major impact on the leadership and governance structure, and also have an impact on the lives of its people. One of the major impacts that occurred in the Kingdom of Sunda after tragedy Bubat War, namely prohibiting family or relatives Kraton Kraton Kingdom of Sunda married with families or relatives Majapahit palace . Remarkably again in terms of governance, the kindness of Bunisora suradipati was applied on Niskala Wastu Kancana as his foster care. While Niskala Wastu Kancana hold the kingdom throne, it was never be apart from his memory about hid uncle’s mandate, Bunisora Suradipati. Keywords: Sundanese culture, Leadership and War of Bubat

Volume 2
Pages 151-162
DOI 10.25157/JA.V2I2.1063
Language English
Journal None

Full Text