Archive | 2019

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KERIPIK SINGKONG (Studi Kasus Sentra Produksi Keripik Singkong Pedas di Kelurahan Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi)

 
 

Abstract


Banyaknya Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia membuka peluang bagi para pengusaha untuk mengusahakan keripik singkong menjadi usaha yang dapat meningkatkan nilai tambah ubi kayu. Kota Cimahi merupakan salah satu daerah sentra produksi keripik singkong, yang bertempat di Kampung Pojok-Kademangan, Kelurahan Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaan agroindustri pengolahan keripik singkong, nilai usaha dan nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan ubikayu menjadi keripik singkong. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan teknik studi kasus. Analisis data terdiri dari analisis nilai usaha, analisis nilai tambah dengan metode Hayami dan deskriptif dengan data kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengolahan keripik singkong masih menggunakan peralatan yang relatif sederhana dan rata-rata merupakan industri kecil. Pemasaran keripik singkong dilakukan oleh pengusaha yaitu pengusaha langsung menjual keripik singkong kepada konsumen, selain itu melalui pedagang grosir lalu ke pedagang-pedagang pengecer kemudian ke konsumen. Hasil analisis nilai usaha menunjukkan bahwa rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh usaha keripik singkong di Sentra Produksi Keripik Singkong Pedas Cimahi sebesar Rp4.598.410,53 dengan rata-rata penerimaan yang diterima sebesar Rp5.955.600,00 dan rata-rata pendapatan/keuntungan yang diterima pengusaha keripik singkong adalah sebesar Rp1.393.585,30 dalam satu kali produksi. Hasil analisis efisiensi usaha menunjukkan bahwa rata-rata R/C rasio yang didapatkan adalah 1,30. Yang artinya agroindustri keripik singkong sudah efisien atau layak karena sudah melebihi angka 1,00. Rata-rata nilai tambah diterima pada usaha keripik singkong sebesar Rp5.232,18 per kilogram dengan rasio nilai tambah terhadap nilai output rata-rata sebesar 23,76% per proses produksi. Rasio nilai tambah ini termasuk dalam nilai tambah tersebut termasuk dalam kategori sedang karena berada diantara 15-40% berdasarkan pernyataan Hubeis.

Volume 5
Pages 973-986
DOI 10.25157/JIMAG.V5I1.1445
Language English
Journal None

Full Text