Archive | 2019

SEJARAH DIPLOMASI ROEM-ROIJEN DALAM PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1949

 

Abstract


Mohammad Roem dan Dr. J.H. van Roijen merupakan dua nama wakil delegasi antara Indonesia dan Belanda yang menandatangani sebuah persetujuan yang diwakili oleh KTN (Komisi Tiga Negara) diantaranya Belgia sebagai wakil dari Belanda, Australia sebagai wakil dari Indonesia, dan Amerika sebagai penengah antara keduanya. Setelah melalui perundingan yang berlarut-larut, maka akhirnya pada tanggal 7 Mei 1949 tercapai persetujuan, yang kemudian dikenal dengan nama “ Roem-Royen Statements ”. Pada awalnya Persetujuan Roem-Roijentersebut ternyata tidak dapatditerima begitu saja oleh sebagian besar kalangan politisi maupun petinggi militer dari kedua belah pihak (Republik Indonesia dan Belanda),keduanyasama-sama berasumsi bahwa jika menerima hasil Perundingan Roem-Roijen berartimenerima suatu kekalahan. Namun demikan, akhirnya baik pemerintah Belanda maupun pihak R.I.mau menerima hasil persetujuan tersebut.Adapun inti dari Persetujuan Roem-Roijen adalah pelaksanaan gencatan senjatadan pengembalian Pemerintahan R.I ke Ibukota Yogyakarta, disertai dengan penarikanmundur pasukan Belanda di bawah pengawasan UNCI ( United Nations Commission forIndonesia ).Setelah Ibukota Yogyakarta sepenuhnya dikosongkan dari pasukanBelandamaka pada tanggal 29 Juni 1949, Tentara Republik Indonesia (TRI)danPresiden,Wakil Presiden, beserta para pemimpin Republik Indonesia lainnya, kembali ke Ibukota Yogyakarta sehingga merekadapat menjalankan kembali tugas dan wewenang dalam pemerintahannya seperti semula.Terjadinya peristiwa Perundingan Roem-Roijenadalah merupakan salah satu caraperjuangan Bangsa Indonesia guna mempertahankan kemerdekaannya melaluistrategi diplomasi, sehingga kembalinya kekuasaan Pemerintahan Republik Indonesia keIbukota Yogyakarta adalah suatu realitas yang pada gilirannya dapat memulihkan kembali sistem keamanan, ketertiban, dan perdamaian di seluruh tanah air Indonesia,dan akan menjadi daya dorong kuat bagi terselenggaranya Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, NegeriBelanda. Kata kunci: Diplomasi, Roem-Roijen, dan Kemerdekaan.

Volume 4
Pages 86-112
DOI 10.25157/WA.V4I1.388
Language English
Journal None

Full Text