Archive | 2019
DETERMINANTS OF FACTORS RELATED TO NUTRITIONAL STATUS IN HIGH SCHOOL STUDENTS
Abstract
Nutri onal status is a condi on caused by the balance status between the amount of intake (intake) of nutrients and the amount of nutrients needed by the body for biological func ons, such as physical growth, development, ac vi es, health maintenance, and others. This study aims to determine the determinants of factors related to student nutri onal status. This study uses a cross sec onal research design. The research sample amounted to 121 respondents. Data were taken using the Interna onal Physically Actual Ques onnaire (IPAQ) ques onnaire, using the ques onnaire consump on pa ern of poke shells, Food Frequency Ques onnaire (FFQ), digital stamp balance, and microtoice. Data analysis consisted of univariate and bivariate analyzes using spearmen sta s cal tests of p value <0.05 and correla on coefficient (r). The results showed that there was no rela onship between physical ac vity (p = 0.085), fat consump on pa erns (p = 0.944), pokea shell meat consump on pa erns (p = 0.078) with nutri onal status in class XI students of SMAN 1 Sampara in Sampara District. The conclusion of this study is that there is no rela onship between physical ac vity, fat consump on pa erns and meat of pokea shells and nutri onal status in class XI students of SMAN 1 Sampara in Sampara District. Correspondence : La Ode Alifariki, Kampus Hijau Bumi Tridharma, Anduonohu, Kec. Kambu, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Email : [email protected] • Received 31 Oktober 2019 • Accepted 08 Desember 2019 • p ISSN : 2088-7612 • e ISSN : 2548-8538 • DOI: h ps://doi.org/10.25311/keskom.Vol5.Iss3.455 Copyright @2017. This is an open-access ar cle distributed under the terms of the Crea ve Commons A ribu on-NonCommercial-ShareAlike 4.0 Interna onal License ( ) h p://crea vecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/ which permits unrestricted non-commercial used, distribu on and reproduc on in any medium Status gizi merupakan keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk fungsi biologis, seper pertumbuhan fisik, perkembangan, ak vitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya. Peneli an ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola konsumsi lemak, konsumsi kerang pokea dan ak vitas fisik dengan status gizi siswa. Peneli an ini menggunakan desain peneli an cross-sec onal. Sampel peneli an berjumlah 121 responden siswa SMA. Data ak vitas fisik diambil dengan menggunakan kuesioner Interna onal Physically Ac vity Ques onnaire (IPAQ). Food Frequency Ques onnaire (FFQ) digunakan untuk mengumpulkan data pola konsumsi lemak dan kerang pokea. Konsumsi lemak dikategorikan lebih dan kurang, konsumsi kerang pokea dikategorikan kurang dan cukup, status gizi anak dikategorikan berdasarkan z skor IMT/U yaitu overweight (IMT/U>+ 2SD), normal (-2SD <IMT/U<+2SD) atau kurus (IMT/U <-2SD). Analisis data menggunakan uji sta s k spearman. Hasil peneli an didapatkan bahwa dak terdapat hubungan antara ak vitas fisik (p= 0,085), Pola konsumsi lemak (p=0,944), pola konsumsi daging kerang pokea (p=0,078) dengan status gizi pada siswa kelas XI SMAN 1 Sampara di Kecamatan Sampara. Simpulan dari peneli an ini adalah ak vitas fisik, pola konsumsi lemak dan daging kerang pokea dak berhubungan dengan status gizi pada siswa kelas XI SMAN 1 Sampara di Kecamatan Sampara. Overweight dan obesitas pada anak dan remaja berusia 5-19 tahun pada tahun 2016 lebih dari 340 juta. Prevalensi overweight di kalangan anak dan remaja berusia 5-19 tahun telah meningkat secara dras s dari hanya 4% di tahun 1975 menjadi 18% di tahun 2016 dengan prevalensi anak perempuan 18% dan anak laki-laki 19%. Sementara kurang dari 1% anak-anak dan remaja berusia 519 tahun mengalami obesitas pada tahun 1975, sedangkan pada tahun 2016 lebih dari 124 juta anak-anak dan remaja mengalami obesitas dengan prevalensi 6% anak perempuan dan 8% anak laki-laki, kejadian overweight dan obesitas berhubungan dengan banyaknya kejadian kema an dibanding underweight (World Health Organiza on (WHO), 2010). Menurut laporan WHO tahun 2013, 300 juta orang dewasa menderita obesitas. Di Amerika Serikat, 1 dari 3 orang penduduk menderita obesitas, di Inggris 16-17,3 % penduduk menderita obesitas. Prevalensi overweight (kegemukan) dan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia-Pasific, contohnya 20,5% dari penduduk Korea Selatan tergolong overweigth dan 1,5% tergolong obes. Di Thailand, 16% penduduknya mengalami overweight dan 4% mengalami obesitas (WHO, 2013) Ak vitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Ak vitas fisik (kurang ak vitas fisik) telah diiden fikasi sebagai faktor risiko utama ke-4 untuk kema an global (6% dari kema an global) (World Health Organiza on (WHO), 2010). Beberapa peneli an di Asia telah menunjukkan hubungan yang berkebalikan antara ak vitas fisik dengan kelebihan berat badan dan obesitas. Makan berlebihan dan waktu bermain game yang lebih lama pada anak-anak di Jepang (Sun, Sekine and Kagamimori, 2009), kurangnya ak vitas fisik dan rendahnya konsumsi buah pada anak-anak di Srilanka (Rathnayake, Roopasingam and Wickramasighe, 2014), dan juga konsumsi makanan cepat aji dan ak vitas yang kurang pada anak-anak di China menjadi penyebab peningkatan obesitas secara signifikan(Shan et al., 2010). Data nasional menyebutkan terjadi peningkatan prevalensi obesitas. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas berdasarkan nilai IMT di Indonesia (umur >15 tahun) secara nasional sebesar 14.8%. Kemudian dilihat dari data hasil laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia (2018) prevalensi kegemukan dan kekurusan remaja usia 16-18 tahun mengalami kenaikan yakni menjadi 21,8%. Sedangkan prevalensi remaja sangat kurus rela f sama tahun 2010 dan 2013, dan prevalensi kurus naik 0,4 persen. Sedangkan untuk ak vitas fisik berdasarkan data hasil laporan Riskedas 2013, diketahui proporsi ak vitas fisik tergolong kurang ak f secara umum adalah 26,1% kemudian angka tersebut meningkat h p://jurnal.htp.ac.id PENDAHULUAN 180 Keskom, Vol. 5, No. 3 Desember 2019 menjadi 33,5% pada tahun 2018 (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Menurut Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dan Laporan Program Gizi Sulawesi Tenggara pada tahun 2016, bahwa dari 4.591 (1,15%) dengan jumlah laki-laki 623 (0,37%) dan perempuan 3.968 (1,74%) berusia ≥15 tahun dilakukan pemeriksaan obesitas, sebanyak 109 (17,50%) laki-laki yang mengalami obesitas sedangkan pada perempuan sebanyak 1.235 atau 31,12% yang mengalami obesitas (Dinkes Provinsi Sultra, 2017)). Hasil tersebut cukup mengkhawa rkan karena sejalan dengan kecenderungan meningkatnya jumlah obesitas baik di Indonesia maupun dunia. Sulawesi Tenggara termasuk ke dalam provinsi dengan penduduk ak vitas fisik tergolong kurang ak f berada di atas rata-rata nasional dan menduduki posisi lima ter nggi dengan presentase 37,5% (RI, 2013). Berdasarkan peneli an yang dilakukan oleh Kurdan (Weni Kurdan , 2015) diketahui bahwa ada hubungan antara ak vitas fisik dengan risiko kejadian gizi lebih pada remaja. Sejalan dengan peneli an (Abraham, 2017) yang menyatakan bahwa ak vitas fisik berhubungan dengan kejadian obesitas di dusun Dlinseng Kulon Progo D.I Yogyakarta. Sungai Pohara merupakan salah satu sungai yang mengalir sepanjang tahun di Sulawesi Tenggara. Sungai ini menyimpan potensi sumber daya haya diantaranya adalah jenis kerang air tawar yang masyarakat sekitarnya menyebutnya dengan nama pokea (Ba ssa violacea var. celebensis, von Martens 1897). Kerang pokea mempunyai kandungan protein, lemak, abu, karbohidrat, serat dan air serta beberapa mineral seper kalium, kalsium, magnesium, besi, fosfor, seng, dan selenium (Ratulangi, 2011). Berbagai kandungan mikro dan makro nutrient kerang pokea, jika dikonsumsi secara berlebih maka berpotensi menyebabkan obesitas. Data penjaringan yang dilakukan Puskesmas Sampara bulan Oktober 2018 pada 29 siswa di SMA 1 Sampara diantaranya 11 (38%) siswa laki-laki dan 18 (62%) siswa perempuan, didapatkan hasil yaitu laki-laki yang memiliki indeks massa tubuh rendah sebanyak 1 (1,4%) siswa, indeks massa tubuh yang normal sebanyak 9 (31,2%) siswa, dan indeks massa tubuh berlebih sebanyak 1 (1,4%) siswa. Sedangkan pada perempuan didapatkan indeks massa tubuh rendah sebanyak 3 (10,2%) siswa, indeks massa tubuh normal sebanyak 13 (44,8%) siswa, dan indeks massa tubuh berlebih sebanyak 2 (6,9%) siswa. Oleh karena itu, berdasarkan fenomena tersebut, maka perlu dilakukan peneli an tentang hubungan pola konsumsi lemak, konsumsi kerang pokea dan ak vitas fisik dengan status gizi siswa SMAN I Sampara. 181 La Ode Alifariki, et al Determinants of Factors Related to Nutri onal Status in High School Students Determinan Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi pada Siswa SMA KESEHATAN KOMUNITAS j u r n a l J HASIL Peneli an ini menggunakan metode peneli an anali k observasional dengan desain peneli an cross sec onal. Peneli an ini dilakukan di SMA Negeri 1 Sampara Kabupaten Konawe yang yang berada dalam lingkup wilayah pesisir Kecamatan Sampara, Kabupaten Konawe pada tahun 2018. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling dengan sampel sebanyak 121 sampel, dimana pada peneli an ini dak ada sampel atau responden yang loss. Pengumpulan data menggunakan data primer. Data primer diperoleh dari hasil wawancara mengenai kuesioner ak vitas fisik, pemeriksaan berat badan dan nggi badan. Pengumpulan data status gizi diperoleh pengukuran antropometri berupa nggi badan dan berat badan kemudian dihitung IMT (Indeks Massa Tubuh) dan dikategorikan berdasarkan nilai z-score IMT/U. menggunakan tabel status gizi. Pengukuran nggi badan dilakukan dengan menggunakan microtoice. Data antropometri dikategorikan menjadi kurang, normal, dan lebih dengan overweight (IMT/U>+ 2SD), normal (-2SD <IMT/U<+2SD) atau kurus (IMT/U <-2SD). Konsumsi daging kerang pokea dan konsumsi lemak menggunakan kuesioner Semi-Quan ta ve Food Frequency Qu