Archive | 2019

Perbandingan Jumlah Lalulintas Jalan Antar Instansi Terkait di Indonesia

 

Abstract


Kinerja keselamatan lalulintas jalan di Indonesia berada pada peringkat sembilan dari sepuluh negaraASEAN (ADB-ASEAN, 1999). Penanganan masalah keselamatan akibat kecelakaan lalulintas jalan diIndonesia belum memberi hasil yang baik. Oleh karena itu, Indonesia perlu bekerja keras dan segeramelakukan berbagai program serta tindakan untuk meningkatkan keselamatan lalulintas. Suatu kajiantentang faktor konversi data kecelakaan fatal pernah dilakukan di Bandung pada tahun 1996 (Susilo etal). Metode yang digunakan pada studi ini adalah membandingkan data jumlah korban meninggalyang ada di rumah sakit dengan data yang ada di kepolisian untuk kecelakaan yang sama. Lima rumahsakit yang menjadi obyek pengamatan adalah Hasan Sadikin, Boromeus, Imannuel, Advent, dan Al-Islam. Studi ini menghasilkan suatu faktor konversi yang mempunyai rentang antara 1,15 hingga 1,35,dan studi ini merekomendasikan faktor konversi sebesar 1,25. Rasio antara jumlah kecelakaan yangada di PT. Jasa Raharja (36.000) terhadap jumlah kecelakaan yang ada pada Kepolisian RepublikIndonesia (28.470) adalah 1,26. Angka ini mendekati faktor konversi data hasil studi Susilo et al(1996). Bila faktor konversi yang digunakan adalah 1,25 dengan data kecelakaan mati 28.470 jiwa(POLRI, 2006) dan diasumsikan jumlah penduduk Indonesia 220 juta, serta rasio kepemilikankendaraan bermotor adalah 1 : 20 maka akan didapat jumlah kecelakaan mati sebanyak 35.588 jiwadengan tingkat kecelakaan fatal sebesar 33 jiwa per 10.000 kendaraan (= (28.470 x 1,25) : (220 juta x1/20 x 1/10000)). Berdasarkan tabel peringkat kecelakaan fatal dari Fjellstrom (2002) maka Indonesiamenduduki peringkat ke-14 setelah Botswana atau peringkat ketiga di Asia setelah Bangladesh danSyria. Data yang diperoleh dari instansi terkait seperti instansi kepolisian dalam hal ini ada tigainstansi, antara lain instansi kepolisian (POLDA dan Polwitabes), Jasa Raharja dan Dinas Kesehatan.Data dari ketiga instansi tersebut diperlukan untuk dikelompokkan dan dibandingkan sehingga dapatdicari suatu faktor yang bisa menghubungkan data-data yang ada sebagai suatu kesatuanpangkalandata yang seragam (uniform). Oleh karena itu diperlukan suatu faktor konversi untukmenyeragamkan data yang ada berdasarkan time series. Selanjutnya data yang sudah lengkap dapatdibuatkan suatu persamaan untuk memprediksi kecelakaan yang akan terjadi di masa mendatang. Halini sudah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya seperti Smeed dan Andreassen.

Volume 5
Pages 78-92
DOI 10.28932/JTS.V5I1.1313
Language English
Journal None

Full Text