Archive | 2019

Hubungan Kejadian Kecacingan dengan Anemia Defisiensi Besi pada Anak-Anak Pengrajin Gerabah di Lombok Barat

 
 
 

Abstract


Abstrak Latar Belakang: Kecacingan, khususnya infeksi Soil Transmitted Helminths (STH), menjadi masalah kesehatan yang mendunia. Tingginya angka kecacingan pada anak-anak disebabkan karena berbagai faktor, khususnya faktor demografis. Kecacingan dapat menyebabkan gangguan intake, pencernaan, absorpsi, dan metabolisme. Salah satu dampak kecacingan adalah Anemia Defisiensi Besi (ADB). ADB lebih lanjut dapat mengakibatkan gangguan pada tumbuh kembang anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kejadian kecacingan dengan anemia defisiensi besi pada anak-anak pengrajin gerabah di Lombok Barat, khususnya di SMPN 2 Kediri. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-analitik dengan pendekatan cross sectional. Data diperoleh dengan melakukan pengisian kuesioner oleh siswa. Subjek penelitian adalah 50 siswa kelas 7 dan 8 SMPN 2 Kediri, Lombok Barat. Analisis data dilakukan dengan uji statistik Chi-Square menggunakan SPSS 23,0. Hasil: Siswa yang positif terinfeksi cacing sebanyak 17 orang (34%). Spesies cacing yang siswa SMPN 2 Kediri adalah Trichuris trichiura yaitu sebanyak 10 siswa (58,82%), diikuti Enterobius vermicularis, Ascaris lumbricoides, Ancylostoma duodenale, dan campuran antara Trichuris trichiura dan Ascaris lumbricoides. Faktor yang berhubungan dengan kejadian kecacingan ialah kebiasaan memakai alas kaki dengan P value <0,05 serta menggigit kuku dengan P value <0,05 Siswa yang menderita ADB sebanyak 4 orang (8%), seluruhnya positif terinfeksi cacing. Kejadian kecacingan ini mempunyai hubungan yang bermakna dengan anemia defisiensi besi dengan P value <0,05. Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara kejadian kecacingan dengan anemia defisiensi besi di SMPN 2 Kediri, Lombok Barat.

Volume 8
Pages 27-27
DOI 10.29303/JKU.V8I3.350
Language English
Journal None

Full Text