Archive | 2021

Strategi Pengembangan Lingkungan Industri Kecil (LIK) Kerajinan Bambu, Desa Dayeuhkolot Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang

 
 

Abstract


Abstract. Dayeuhkolot Village, Sagalaherang District, Subang Regency has natural and human resources (HR) in bamboo handicraft activities. The bamboo handicraft industry activities in this village have existed since the 1970s and currently there are around 20 craftsmen / entrepreneurs who, if referring to the industrial scale criteria, can be developed as a Small Bamboo Craft Industry Environment (LIK). However, in reality, both in terms of production, human resources, technology, and marketing are still relatively limited. So that its development needs to be supported by adequate facilities and infrastructure and other support so that the bamboo handicraft industry can develop properly. The purpose of this study is to determine the extent to which the bamboo handicraft industry in this village can be developed as an LIK and what strategies should be chosen for its development plan. This research was conducted using a combination of qualitative and quantitative methods. To determine the development strategy used the SWOT analysis method with 6 (six) LIK variables, namely the availability of raw materials, availability of labor, production systems, availability of infrastructure, institutional support, and marketing systems. The results of the SWOT analysis show that the appropriate development strategy to choose is to create a progressive growth (growth oriented strategy), which is to take advantage of existing opportunities by increasing the strengths that are already owned by continuously improving quality. production, market expansion, and increased growth of the bamboo handicraft industry on a national and even international scale. Keywords: Small Industrial Environment Development, Strategy, Bamboo Crafts. Abstrak. Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia (SDM) dalam kegiatan kerajinan bambu. Kegiatan industri kerajinan bambu di desa ini sudah ada sejak 1970-an dan saat ini sudah beroperasional sekitar 20 pengrajin/pengusaha yang apabila merujuk pada kriteria skala industri sudah dapat dikembangkan sebagai Lingkungan Industri Kecil (LIK) Kerajinan Bambu. Namun dalam realitanya, baik dari sisi produksi, SDM, teknologi, maupun pemasarannya relatif masih terbatas, sehingga untuk pengembangannya perlu didukung oleh sarana dan prasarana dan pendukung lainnya yang tepat agar industri kerajinan bambu ini dapat dikembangkan sebagaimana mestinya. Tujuan studi ini adalah mengkaji tentang sejauhmana kemungkinan industri kerajinan bambu di desa ini dapat dikembangkan sebagai LIK dan bagaimana strategi pengem-bangannya. Studi ini dilakukan dengan mix methods, mengkombinasikan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dan untuk menentukan strategi pengembangannya telah digunakan metode analisis SWOT terhadap 6 (enam) variabel LIK, yaitu ketersediaan bahan baku, ketersediaan tenaga kerja, sistem produksi, ketersediaan infrastruktur, dukungan kelemba-gaan, dan sistem pemasaran. Hasil analisis menunjukkan bahwa strategi pengembangan yang layak dipilih adalah mewujudkan pertumbuhan yang progresif (growth oriented strategy) yaitu menangkap peluang yang ada dengan meningkatkan kekuatan yang sudah dimiliki sambil terus meningkatkan kualitas produksi, melakukan ekspansi pasar, dan mem-perbesar pertumbuhan industri kerajinan bambu berskala nasional dan bahkan internasional. Kata Kunci: Pengembangan Lingkungan Industri Kecil, Strategi, Kerajinan Bambu

Volume 7
Pages None
DOI 10.29313/PWK.V7I1.26936
Language English
Journal None

Full Text