IMPLIKASI KEBIJAKAN MENTERI PERTANIAN ATAS IMPOR DAGING KERBAU BERDASARKAN PERMEN PERTANIAN NO. 17 TAHUN 2016 TERHADAP OPTIMALISASI PEMANFAATAN DAGING SAPI LOKAL

Abstract

Dalam kehidupan sehari-hari, pangan mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia. \xa0Peran pokok pangan adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup, melindungi dan menjaga kesehatan, serta berguna untuk mendapat energi yang cukup untuk bekerja secara produktif. Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia haruslah makanan dan minuman yang baik dan bermanfaat bagi tubuh, serta halal untuk dikonsumsi. Beberapa hal penting yang perlu dikhawatirkan dalam produk asal hewan seperti yang telah di tegaskan dalam Undang-Undang nomor 41 tahun 2014 tentang perubahan atas UU Nomor 18 tahun 2009 tentang peternakan dan kesehatan hewanadalah adanya kontaminasi atau pencemaran mikroba, residu obat hewan seperti produk biologis, farmasetik serta premix dan bahan kimia serta pemakaian bahan pengawet tertentu yang merugikan konsumen. Hal yang cukup signifikan dilakukan oleh pemerintah pusat khususnya menteri pertanian,dengan membuat kebijakan untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional dan juga memperbaiki gizi masyarakat Indonesia dengan cara mengimpor daging dari India pada akhir tahun 2016 (Permentan No.17/Permentan/PK.450/5/2016 tentang Pemasukan Daging Tanpa Tulang) dalam permentan tersebut di jelaskan apabila pemasukan daging tanpa tulang diakibatkan oleh keperluan yang mendesak, karena untuk menstabilkan harga jual daging sapi di pasar dengan harga jual yang sangat berbeda dari harga daging sapi dari Produsen lokal. Harga yang cukup murah tersebut bisa berdampak terhadap masyarakat untuk membeli dan mengkonsumsi daging sapi. Kebijakan merupakan hasil maupun produk hukum yang dihasikan oleh menteri pertanian dengan dasar hukum peraturan menteri pertanian no 17 tahun 2016 tentang pemasukan daging tanpa tulang\xa0 tersebut sudah berdampak negatif terhadap para peternak dicijapati. Menteri secara\xa0 teknis bertanggung jawab untuk mengembangkan usaha mikro kecil, dan menengah dalam sektor kegiatannya