Archive | 2019

Pengalaman komunikasi orang tua dengan anak yang mengalami gangguan jiwa pasca rehabilitasi di kabupaten Semarang

 
 
 

Abstract


Anak penderita gangguan jiwa pasca rehabilitasi seringkali ditolak oleh keluarga untuk kembali ke rumah dan di dalam kehidupan bermasyarakat tidak diakui keberadaannya. Hal ini karena stigma masyarakat yang masih menganggap anak penderita gangguan jiwa pasca rehabilitasi sebagai anak yang memiliki gangguan sehingga tidak mudah bagi orang tua untuk melakukan komunikasi bahkan enggan menerima kembali anak tersebut. Berdasarkan fenomena di atas penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengalaman komunikasi orang tua dengan anak yang mengalami gangguan jiwa pasca rehabilitasi di Kabupaten Semarang. Paradigma yang digunakan adalah paradigma konstruktivis dengan metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara mendalam yang didukung dengan observasi dan studi pustaka. Subjek dalam penelitian ini adalah tiga informan. Dalam penelitian ini menggunakan Teori Pertukaran Kasih Sayang dan Teori Pertimbangan Sosial. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengalaman komunikasi orang tua dengan anak penderita gangguan jiwa pasca rehabilitasi unik dan dinamik. Hasil dari penelitian ini adalah informan I memiliki pengalaman komunikasi dengan cara komunikasi non-verbal, informan II sang anak yang dapat berbicara seperti sebelum mengalami gangguan jiwa namun mengalami penurunan kualitas komunikasi, serta anak dari informan III cara berkomunikasinya adalah dalam tindakan. Dalam penilaian sosial atau stigma negatif yang melekat di dalam masyarakat terhadap anak penderita gangguan jiwa pasca rehabiltasi dikatakan hilang atau tidak berlaku jika sang anak mampu berbaur, kembali bersosialisasi ke dalam kehidupan bermasyarakat. Keterbatasan dalam penelitian ini hanya mewawancarai orang tua yang memiliki anak penderita gangguan jiwa pasca rehabilitasi tanpa mewawancarai anak maupun masyarakat sekitar. Penelitian selanjutnya dapat dikembangkan dengan mewawancarai kedua belah pihak. Kata Kunci : pengalaman komunikasi, gangguan jiwa, pasca rehabilitasi Abstract Children with mental disorder after rehabilitation are often rejected by their family whenever they come back to their home as well as to their social life. This phenomenon can be caused by the social stigma which assumes mental disorder children who had post-rehabilitation still have mental disorder so it is not easy for their parents to communicate. They even do not want to accept their children come back. Based on the phenomenon above, the research aims to find out the communication experience among parent and children with mental disorder who had post rehabilitation in Semarang Regency. This research was conducted through constructivist paradigm with descriptive qualitative research method and phenomenology approach. The techniques of data collection were in-depth interview technique supported with observation and literature reviews. The subjects in this research were three informants. The study employed two theories, i.e. Affection Exchange and Social Judgement. The study concludes that communication experience of parents and children with mental disorder who had post rehabilitation is unique and dynamic. The results of this research were informant I had communication experience using non-verbal communication, informant II had a communication experience with the child who could speak as before he got mental disorder, but the communication quality has decreased, and informant III had the communication experience using acts. The social assessment or negative stigma which exist in society through children with mental disorder who had post rehabilitation is not valid if the children could interact and socialize throughout social life. The research is only limited to interview the parents who have children with mental disorder who had post rehabilitation and has no interview neither their children nor the society. Therefore, it is suggested the next research could be expanded by interviewing both of the children with mental disorder who had post rehabilitation or the society. Keyword : communication experience, mental disorder, post rehabilitation

Volume 7
Pages 48-63
DOI 10.30659/JIKM.7.2.48-63
Language English
Journal None

Full Text