Mudra Jurnal Seni Budaya | 2021

Catur Guru Dalam Seni Pertunjukan Wayang Wong Millenial

 

Abstract


Karya ilmiah ini bertujuan membahas konsep dan implementasi Catur Guru dalam Seni Pertunjukan Wayang Wong Millenial (sebuah model seni pertunjukan baru yang dirancang khusus bagi generasi millenial). Sebagai hasil penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumen, observasi dan wawancara mendalam dengan beberapa informan, yakni pendidik, wakil seniman dan pengamat sosial budaya Bali. Semua data yang terkumpul dianalisis secara kualitatif deskriptif dengan mengunakan teori pedagogik dan teori tindakan sosial Bourdeau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Pertama, Catur Guru merupakan konsep pendidikan yang meliputi guru swadyaya, yakni Tuhan Yang Maha Esa, guru wisesa (pemerintah), guru pengajian (guru di sekolah), dan\xa0 guru rupaka (orang tua di rumah). Kedua, Seni Pertunjukan\xa0 Wayang Wong Millenial yang benampilkan lakon Cupu Manik Astagina mengimplementasi ajaran Catur Guru, yakni (1) menggugah kesadaran untuk senantiasa berbakti kepada Tuhan (guru swadyaya), (2) adanya peran dan dukungan pihak pemerintah untuk merawat dan mengembangkan Seni Pertunjukan Wayang Wong (guru wisesa), (3) adanya peran pendidik di sekolah yang membimbing para siswanya agar mencintai seni-budaya bangsanya; dan (4) adanya peran orang tua dalam mendidik putra-putrinya (guru rupaka). Seni Pertunjukan Wayang Wong Millenial juga mengajarkan agar generasi muda Bali “melek teknologi”. Anak-anak yang terlibat sebagai pemain Wayang Wong Millenial diharapkan mampu berpikir kreatif, terampil, komunikatif, kolaboratif, kritis serta siap bersaing dalam arus kompetisi global. Guru dan orang tua siswa perlu mendampingi anaknya dalam mengakses internet untuk mendukung pertumbuhan fisik, perkembangan sosial, intelektual dan kecerdasan spiritual mereka.

Volume None
Pages None
DOI 10.31091/mudra.v36i3.1497
Language English
Journal Mudra Jurnal Seni Budaya

Full Text