Archive | 2019

Es Pungpung Sebagai Alternatif Penggantian Es Batu dari Tepung Tapioka untuk Mengurangi Kerugian Ikan Pascapanen

 
 
 
 

Abstract


Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan laut melimpah. Salah satu hasil kekayaan laut Indonesia adalah ikan. Para nelayan memiliki peran penting dalam pemanfaatan ikan hasil laut ini. Melalui para nelayan, masyarakat yang jauh dari pesisir pantai dapat menikmati ikan hasil laut Indonesia. Proses pengiriman ikan dari nelayan hingga ke tangan konsumen sangat berkaitan erat dengan proses handling. Proses handling produk yang tidak tepat dapat membuat ikan mudah rusak dan tidak segar saat sampai ke tangan konsumen karena ikan bersifat perishable yaitu produk yang mudah mengalami kerusakan ataupun busuk dalam jangka waktu yang relatif cepat. Kondisi saat ini, ikan yang dikirim ke konsumen tidak jarang kembali ke nelayan karena ikan sudah tidak segar lagi terutama pada jalur pendistribusian yang panjang. Hal ini dikarenakan proses handling produk menggunakan es batu yang terbuat dari air mentah yang tidak higienis dan es batu tersebut bersentuhan langsung dengan ikan tanpa dikemas. Selain itu, es batu memiliki masa leleh yang relatif pendek sehingga bakteri pada es batu akan mempercepat pembusukan dan penurunan kualitas pada ikan. Oleh karena itu, penelitian ini membuat eksperimen dalam mencari alternatif pengganti es batu yaitu “Pungpung Ice” untuk mengurangi postharvest losses ikan yang terbuat dari tepung tapioka. Eksperimen ini mencari komposisi yang tepat dalam mempertahankan suhu rendah dan telah menghasilkan komposisi yang mampu mempertahankan suhu dingin lebih rendah dibandingkan dengan es batu yaitu -10˚C. kelebihan lainnya dari Pungpung ice ini adalah bersifat re-useable yang dapat digunakan 4 sampai 5 kali dengan cara di freeze apabila mencair. \n\xa0 \nIndonesia is a country that has abundant marine wealth. One of Indonesia s marine wealth is the fisheries sector. The fishermen have an important role in the utilization of marine fish. Through the fishermen, people who are far from the coast can also enjoy marine products in Indonesia. In the process of distributing fish form fishermen to customers is closely related to the handling processes. Inappropriate product handling processes can make fish easily damaged and decayed when it reaches to the customers because fish are perishable, in which products have easy decay in a relatively fast period. In the current conditions, fish that are transport to customers often return to fishermen because the fish are no longer fresh, especially on long distribution routes. This is due to the handling processes of products used is ice cubes made from unhygienic raw water and direct contact with fish without being packaged. Moreover, ice cubes have a relatively short melting that bacteria in ice cubes will accelerate decay then decrease the quality of fish. Therefore, this study made an experiment in finding an alternative to substitute ice cube namely “Pungpung Ice” to reduce postharvest losses of fish from tapioca flour. This experiment found the right composition in maintaining temperatures lower than ice cubes of -10˚C. In Addition, this Pungpung Ice is re-useable which can be used 4 to 5 times as long as the packaging is not damaged by freeze when Pungpung ice are no longer cold.

Volume 2
Pages None
DOI 10.32734/EE.V2I4.654
Language English
Journal None

Full Text