Archive | 2021

Inovasi Produk Pengrajin Gerabah di Dusun Jetis, Panjangrejo, Pundong Bantul Yogyakarta

 
 
 
 
 

Abstract


Panjangrejo is one of the Tourism Villages located in the east of Bantul Regency. Geographically, the location of this Tourism Village is very strategic because this Pottery Tourism Village is on one of the Parangtritis beach tourist routes, which is very crowded by tourists. Due to a lack of attention and support from the village government, the pottery craft of the Panjamgrejo tourism village is not as popular as the Kasongan village. The main problems faced by craftsmen include the stiff competition between pottery artisans, the lack of demand from outside the region due to limitations in marketing digital products (digital marketing), and the fulfillment of safe and attractive packaging. The method used in this service is the method of training and substitution of science and technology. The solution of product packaging that is still simple is overcome by procuring durable and attractive packaging boxes to increase product sales power and minimize product breakage. Also, the promotion of products that have not been run optimally is overcome by digital marketing training both through social media Instagram to Facebook ads with better internet signal support due to the availability of modems to facilitate online product marketing. © 2021 Aqidah Asri Suwarsi, Julia Noermawati Eka Satyarini, Safaah Restuning Hayati, Aninta Gina Sharfina, Anisatun Anggraeni. Published by Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. This is Open Access article under the CC-BY-SA License (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/). DOI: https://doi.org/10.33084/pengabdianmu.v6i2.1726 PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat, Vol 6 No 2, February 2021, Page 197-205 p-ISSN:2502-6828; e-ISSN:2654-4835 198 Bantul yang memiliki potensi untuk di ekspor dan memberi dampak perekonomian bagi masyarakat anata lain kerajinan gerabah. Salah satu daerah yang terkenal sebagai penghasil gerabah setelah desa Kasongan adalah desa Jetis, Panjangrejo, Pundong, Bantul (Suharson & Putro, 2017). Para pengrajin di Desa Panjangrejo Pundong membuat produk gerabah silindris dengan teknik putar handwheel yang berukuran kecil dan terkenal dengan gerabah souveniran. Gerabah dari Panjangrejo Pundong merupakan penyuplai kebutuhan gerabah untuk memenuhi pesanan produk gerabah yang berukuran kecil yang tidak mampu dibuat oleh pengrajin gerabah di Desa Kasongan. Tetapi sifatnya hanya mentah/abangan di dalam ilmu keramik disebut produk bisquit. Produk ini baru dibakar satu kali dengan suhu rendah berkisar antara 900-1060° C dan biasanya warnanya merah, kuning kemerahan, atau merah bata (Baskoro & Suharson, 2016). Kemudian produk mentah/abangan tersebut biasanya disetorkan ke Desa Kasongan dan terjadi proses finishing. Hal ini kemudian yang menjadikan Desa Kasongan sebagai rujukan pusat pengrajin gerabah dibandingkan Desa Panjangrejo. Padahal dari segi kualitas, produk gerabah di Desa Panjangrejo tidak jauh berbeda dengan Desa Kasongan mengingat produk mentah nya di ambil dari Desa Panjangrejo, Pundong, Bantul. Keadaan yang berlangsung ini membuat pengrajin gerabah Panjangrejo tergantung dengan pesanan dan hanya melayani gerabah yang sifatnya abangan. Maka diperlukan pendampingan berupa pengembangan desain, diversifikasi produk dan finishing touch untuk meningkatkan harga jual. Pengrajin gerabah di Desa Panjangrejo yang menjadi mitra adalah Bapak Abdul Rasyid. Usaha Bapak Abdul Rasyid berlokasi di dusun Jetis RT 04, Panjangrejo, Pundong Bantul Yogyakarta. Bapak Abdul Rasyid telah berkecimpung dalam industri gerabah ini sejak tahun 1994. Gerabah yang dibuat oleh Bapak Abdul Rasyid merupakan hasil kerajinan tradisional dilakukan secara individu maupun kelompok produksi dengan peralatan dan sistem pembentukan sangat sederhana, serta tungku pembakaran yang dibuat sederhana. Pada dasarnya, mitra memiliki potensi usaha yang dapat dikembangkan. Sayangnya hal tersebut belum didukung dengan pemasaran yang baik sehingga penjualannya belum optimal. Industri gerabah di Desa Panjangrejo pada umumnya dan usaha gerabah yang dijalankan Bapak Abdul Rasyid khususnya sangat mungkin berkembang terutama ketika modal, sumber daya manusia, teknologi, bahan baku, hingga organisasi pengrajin dapat terorganisir dengan baik melalui strategi pemberdayaan masyarakat yang tepat diantaranya memperluas pemasaran, bimbingan dan penyuluhan, usaha pendidikan, hingga menciptakan situasi yang menjamin dan mendorong ketenangan berusaha melalui Program Kemitraan Masyarakat (PKM). Permasalahan umum yang dialami pengrajin antara lain: dari segi produksi masih menggunakan alat sederhana dan menghasilkan barang mentah/abangan untuk memenuhi pesanan di Kasongan. Dari segi pengemasan, produk hanya dikemas secara sederhana menggunakan plastik atau mika. Padahal kemasan mempunyai peran yang penting untuk mengurangi potensi adanya kerusakan poduk, melindungi produk dari cemaran dan gangguan fisik lainnya (Qanytah & Ambarsari, 2010). Menurut Atalay et al. (2013), inovasi produk merupakan pengenalan dan pengembangan jenis barang atau jasa baru yang berbeda dari sebelumnya dan melengkapi kekurangan-kekurangan dari penemuan sebelumnya dengan lebih menekankan pada segi kualitas. Inovasi produk merupakan tahap pertama dalam keseluruhan proses manajemen siklus hidup produk (Löfsten, 2014; Parry et al., 2009). Nilai baru hanya dapat diciptakan atau Suwarsi AA, Satyarini JNE, Hayati SR, Sharfina AG, Anggraeni A. 2021. Innovation Product of Pottery Crafts in Jetis, Bantul Yogyakarta 199 ditambahkan pada produk atau layanan yang sudah ada melalui inovasi (Martins & Fernandes, 2015). Inovasi berperan dalam mengurangi hambatan, meningkatkan perhatian, dan dukungan pasar. Dengan inovasi, perusahaan akan lebih dapat merespon lingkungannya dan mengembangkan kemampuannya. Inovasi akan berdampak pada kinerja pemsaran secara keseluruhan. Inovasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pemasaran. Sehingga, inovasi merupakan salah satu faktor yang dapat dihandalkan untuk memasarkan produk (Pardi et al., 2014). Inovasi produk merupakan kunci penentu ekuitas merek (Nørskov et al., 2015). Proses inovatif dipengaruhi oleh desain kemasan, melalui bahan yang digunakan, bentuk, warna, dan ukuran yang menarik pelanggan. Desain kemasan yang inovatif menjadi alat yang penting untuk menawarkan fungsionalitas produk dan menarik pelanggan untuk membeli produk. Pelaku usaha yang mampu mengembangkan inovasi pengemasan secara efektif dapat memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan (Rundh, 2016). Kotler dan Keller (2006) berpendapat bahwa mayoritas keputusan pembelian berdasarkan pada pengemasan yang efektif. Pengemasan efektif mampu melakukan banyak tugas penjualan, seperti menarik perhatian, menjelaskan fitur-fitur produk, menciptakan kepercayaan konsumen, dan membuat kesan yang menguntungkan. Kemasan yang inovatif dapat meberikan manfaat bagi konsumen dan keuntungan bagi pelaku usaha (Rundh, 2016). Penggunaan label dan kemasan yang menarik merupakan salah satu kunci bagi pelaku UMKM agar dapat meningkatkan nilai jual produknya. Adanya kemasan yang baik dapat meningkatkan nilai jual produk sebesar 40-100% dari harga awal. Dengan meningkatnya nilai jual produk dapat memberikan keuntungan yang lebih besar bagi pelaku UMKM, dalam hal ini pengrajin (Nugrahani, 2015). Jika ditinjau berdasarkan fungsinya, kemasan memiliki dua fungsi utama. Pertama, kemasan produk berfungsi sebagai pelindung. Kemasan sebagai sarana untuk melindungi produk dari berbagai kemungkinan yang dapat menyebabkan kerusakan pada produk seperti cuaca, sinar matahari, jatuh, tumpukan, kuman, serangga dan lain-lain. Kedua, kemasan berfungsi sebagai media untuk menyampaikan informasi produk yang bersangkutan (Nugrahani, 2015). Pengemas merupakan faktor penting pada suatu produk. Pengemas dapat mempengaruhi tampilan luar dari suatu produk yang dilihat oleh konsumen. Selain itu, pengemas dapat menjadi identitas, dan hal yang menarik bagi konsumen untuk memilih suatu produk (Marsh & Bugusu, 2007). Kemasan ialah alat pemasaran yang krusial, karena kemasan adalah agen penjual tanpa suara (silent salesman). Faktor terakhir yang dapat mempengaruhi konsumen sebelum melakukan pembelian ialah kemasan. Oleh karena itu, kemasan harus mampu menjadi media informasi yang baik, secara verbal maupun visual (Nugrahani, 2015). Pengemas juga berperan menjaga produk dari kerusakan akibat berbagai hal seperti fisika, kimia, dan mikrobiologi. Pemilihan pengemas yang tepat akan berpengaruh pada harga dan kualitas produk (Raheem, 2013). Konsumen memerlukan waktu kurang lebih tujuh detik untuk membuat keputusan pembelian. Karenanya, pesan yang disampaikan harus mampu mengikat konsumen secara emosional (Nugrahani, 2015). Selain adanya inovasi produk dan pengemasan yang baik, pemasaran juga merupakan hal penting untuk dilakukan. Pemasaran produk yang efektif dapat menjangkau lebih banyak konsumen, melalui pemasaran digital. Digitalisasi dapat memberi pelaku usaha alat yang dapat digunakan untuk menghadapi PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat, Vol 6 No 2, February 2021, Page 197-205 p-ISSN:2502-6828; e-ISSN:2654-4835 200 persaingan yang sedang berkembang, seperti memantau kinerja pesaing, merespons cara pemasaran yang dilakukan pesaing, dan menjangkau calon pelanggan (Katsikeas et al., 2019).

Volume 6
Pages 197-205
DOI 10.33084/PENGABDIANMU.V6I2.1726
Language English
Journal None

Full Text