Archive | 2019

DERMATOFIBROMA YANG DITERAPI DENGAN INJEKSI TRIAMSINOLON ASETONID INTRALESI

 
 
 
 

Abstract


Dermatofibroma merupakan tumor jinak dengan predileksi pada tungkai bawah. Lesi dapat berupa papul atau nodul, soliter atau multipel, dan berwarna merah muda hingga kecoklatan. Dermatofibroma biasanya asimtomatis, meskipun beberapa lesi mungkin terasa gatal atau nyeri. Kelainan kulit ini terutama dibentuk oleh kolagen dan fibroblas yang tersusun tidak teratur. Dermatofibroma asimtomatis tidak memerlukan terapi. Namun, pada kasus simtomatis dan lesi yang sering mengalami trauma diperlukan terapi. Salah satu terapi dermatofibroma berupa injeksi steroid intralesi. Dilaporkan sebuah kasus dermatofibroma pada seorang laki-laki usia 39 tahun dengan keluhan kulit berupa nodul eritematosa yang kadang terasa gatal. Pemeriksaan dermoskopi, menunjukkan gambaran peripheral pigment network dan central white area, serta pemeriksaan histopatologis mendukung diagnosis dermatofibroma. Pasien diterapi dengan injeksi triamsinolon asetonid (TA) 10 mg/ml intralesi, perbaikan klinis mulai tampak satu minggu setelah terapi berupa lesi kulit menjadi lebih kecil dan hilangnya gatal. Setelah 7 minggu terapi, lesi kulit menjadi rata dan meninggalkan bercak hiperpigmentasi. Dermatofibroma simtomatis yang diterapi dengan injeksi TA intralesi memberikan hasil yang baik. Kata kunci: dermatofibroma, injeksi intralesi, kortikosteroid, triamsinolon asetonid

Volume 46
Pages None
DOI 10.33820/mdvi.v46i4.81
Language English
Journal None

Full Text