Archive | 2019
In Vitro Culture of Seaweed Kappaphycus alvarezii under Different Formulation of Growth Stimulating Substances and Culture Media
Abstract
This study aims at obtaining a sustainably superior seed stock following the characteristics of the parent plant, determining the best formulation of the growth stimulating substance. In general, cytokinin and auxin combination was used , but this study also added with the combination of cytokinin and giberelin and cytokinin and abscisic acid (AA) . Parameters measured were bud length, number of buds, and survival rate. Bacterial Vibrio sp test was also done as a cause of the explant mortality. Results showed that the longest bud was recorded in treatment C (S+A 1:2.5) cultured in a jar, 1.343 mm long, 38% of survival, while the highest number of buds was found in treatment B (S+A 1 : 2) 8.86. The shortest bud was recorded in treatment J (S + AA 1:2.5) cultured in a jar, 0.093 mm long, 2.64 buds, 10% of survival, while the explant cultured in the bottle had a length of 0.051 mm long, 1.50 buds, 4% of survival. As conclusion, the best growth stimulating substance was found in the treatment C for the bud length and the survival rate, while the best number of bud was recorded in the treatment B. The best culture tank was topless bottle ( aerated ). In vitro culture could also use S + G formulation . The explant mortality was caused by Vibrio charchariae . The use of S + AA formulation had lower growth than that of control treatment . Keywords : in vitro , growth stimulating substance, culture media, Kappaphycus alvarezii, Vibrio charchariae ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh benih unggul secara berkelanjutan yang mengikuti karakteristik dari tanaman induk, menentukan formulasi terbaik dari substansi pertumbuhan\xa0merangsang.\xa0Secara umum,\xa0kombinasi sitokinin\xa0dan\xa0auksin\xa0digunakan,\xa0tetapi penelitian ini\xa0juga\xa0menambahkan kombinasi\xa0sitokinin,\xa0giberelin,\xa0sitokinin\xa0dan\xa0asam\xa0absisat\xa0 (AA). \xa0Parameter\xa0yang diukur adalah panjang tunas, jumlah tunas, dan tingkat kelangsungan hidup.\xa0Bakteri\xa0 Vibrio \xa0Uji\xa0 sp \xa0juga dilakukan sebagai\xa0penyebab kematian eksplan\xa0.\xa0Hasil penelitian menunjukkan bahwa tunas terpanjang terdapat pada perlakuan C\xa0(S + A 1: 2,5)\xa0 kultur dalam toples,\xa01,343\xa0mm,\xa038%\xa0hidup,\xa0sementara jumlah tertinggi tunas ditemukan pada perlakuan\xa0B (S + A 1: 2) 8.86\xa0.\xa0Jumlah tunas paling sedikit terdapat pada perlakuan J (S + AA 1: 2,5)\xa0yang dikultur dalam toples,\xa00,093\xa0mm,\xa02,64\xa0tunas,\xa010%\xa0hidup, sedangkan eksplan yang dikultur dalam botol memiliki panjang\xa00.051\xa0mm,\xa01.\xa050\xa0tunas\xa0, 4%\xa0bertahan hidup.\xa0Sebagai kesimpulan, pertumbuhan terbaik merangsang zat ditemukan dalam perlakuan C untuk panjang tunas dan tingkat kelangsungan\xa0hidup,\xa0sementara jumlah tunas terbanyak ditemukan pada perlakuan\xa0B.\xa0Penggunaan wadah budaya terbaik adalah\xa0topless yang diaerasi . \xa0Kultur in vitro juga dapat menggunakan formulasi S +\xa0 G. \xa0Kematian eksplan disebabkan oleh\xa0 Vibrio charchariae \xa0. Penggunaan formulasi S + AA memiliki pertumbuhan yang lebih rendah dari pada pengobatan kontrol\xa0 . Kata kunci : in vitro , zat perangsang tumbuh, media kultur, Kappaphycus alvarezii , Vibrio charchariae