Archive | 2019

PERSEPSI IBU TERHADAP BERBAGAI MODEL GENDONGAN PERAWATAN METODE KANGURU (PMK): PILOT STUDY

 

Abstract


Background: The implementation of the Kangaroo Care Method (KMC) in Indonesia has been well developed. This has been proven by the inclusion of KMC as one of the standard procedures in the care of low birth weight (LBW) babies in many hospitals in Indonesia. The only one tool needed in implementing KMC is KMC carriers. The most widely used KMC carriers models in Indonesia are the pouch (bag), Thari wrap and traditional wrap models. Objective: This study aims are to identify mothers perceptions of three different types of KMC carrier models and to identify the relationship of maternal anxiety and economic level to the perception of mothers about KMC carriers Method: The study used Randomized Crossover Trial involving 20 mothers and LBW infants as responders and randomly allocated to the order of KMC using three kinds of KMC carriers. Data maternal perception were collected using a maternal perception questionnaire and maternal anxiety using Am I Blue questionnaire. Result: The results of a Repeated Anova showed that there was no significant difference in maternal perception when performing KMC with any of three KMC carriers (p = 0.504, α = 0.05). There is also a significant relationship between maternal anxiety scores and economic levels on perceptions of the three KMC carrier models (p=0,021 and p=0,003). Conclusion: The type of KMC carrier model did not affect the perception of the mother so that the implementation of kangaroo mother care can use all three types of KMC carriers models. Keyword: KMC carriers, low birth weight, maternal perception, maternal anxiety Jurnal Keperawatan Malang Volume 4, No 1, 2019, 33-41 Availabel Online at http://jurnal.stikespantiwaluya.ac.id/ 34 Copyright © 2019, JKM, p-ISSN 2088-6098, e-ISSN 2550-0538 PENDAHULUAN Insiden terjadinya bayi berat lahir rendah (BBLR) di seluruh dunia menurut data UNICEF (2013) yaitu sebesar 22 juta atau 16% dari seluruh jumlah kelahiran hidup setiap tahun di seluruh dunia (WHO, 2014). Di Indonesia, prevalensi BBLR sebesar 10,2% dimana terjadi penurunan dari tahun sebelumnya yaitu 2010 sebesar 11,1%. Akan tetapi angka ini masih tergolong tinggi dibandingkan dengan beberapa negara Asia Tenggara (Kemenkes RI, 2015). BBLR memiliki risiko lebih tinggi mengalami morbiditas dan mortalitas dibandingkan dengan bayi normal. Hal ini berhubungan dengan kondisi berat badan yang rendah saat lahir serta kondisi sistem yang belum sempurna, karena mayoritas BBLR dilahirkan dalam usia kurang dari 37 minggu (Bera et al., 2014). Kelahiran berat bayi lahir rendah (BBLR) merupakan penyebab kematian utama pada bayi baru lahir (Akhtar, Haque, & Khatoon, 2013). Salah satu masalah yang dialami oleh BBLR yaitu masalah termoregulasi yang disebabkan imuturitas sistem dan kondisi lingkungan yang relatif lebih dingin dibandingkan dengan kondisi dalam rahim (Cho et al., 2016). Gangguan termoregulasi dan lingkungan yang lebih dingin berisiko menyebabkan hipotermia (Knobel & Holditch-Davis, 2007). Hipotermia yang terjadi dapat menyebabkan hipoksia, komplikasi kardiovaskular, hipoglikemia dan asidosis yang meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas (Knobel, 2014) (Lunze & Hamer, 2012). Idealnya perawatan bayi prematur menggunakan inkubator sehingga dapat diatur suhu dan kelembapan udara yang sesuai untuk bayi BBLR atau bayi prematur yang memilki sistem termoregulasi yang masih imatur. Akan tetapi tidak semua BBLR terutama pada daerah dengan kondisi ekonomi terbatas serta kondisi geografis yang jauh dari pusat pelayanan kesehatan bisa menerima fasilitas inkubator. Oleh karena itu diperlukan alternatif perawatan BBLR yang efektif dan ekonomis sebagai pengganti inkubator yaitu dengan menggunakan perawatan metode kanguru (PMK). Perawatan Metode Kanguru (PMK) atau Perawatan Bayi Lekat (PBL) adalah suatu metode perawatan bayi baru lahir dalam keadaan telanjang (hanya menggunakan popok dan topi) dengan meletakkan bayi secara tegak atau vertikal diantara kedua payudara ibu (ibu telanjang dada) kemudian diselimuti sehingga terjadi kontak langsung kulit ibu dengan kulit bayi dan bayi memperoleh suhu dari ibu melalui proses konduksi (Arora, 2008). Idealnya PMK dilakukan hingga berat bayi mencapai 2500 gram, saat usia koreksi mencapai 40 minggu atau hingga bayi tidak nyaman lagi dilakukan PMK (Pervin, Gustafsson, Moran, & Roy, 2015). Perawatan BBLR dengan menggunakan PMK telah berkembang dengan baik di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan telah dimasukkannya PMK menjadi salah satu prosedur tetap pada Jurnal Keperawatan Malang Volume 4, No 1, 2019, 33-41 Availabel Online at http://jurnal.stikespantiwaluya.ac.id/ 35 Copyright © 2019, JKM, p-ISSN 2088-6098, e-ISSN 2550-0538 perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) pada banyak rumah sakit di Indonesia. Selain itu, kini juga telah banyak berkembang model gendongan PMK yang merupakan satu-satunya alat yang dibutuhkan dalam melakukan PMK. Model gendongan PMK yang banyak digunakan di rumah sakit Indonesia yaitu model kantong, thari dan menggunakan kain panjang. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi persepsi ibu terhadap tiga jenis gendongan PMK. Hasil primer adalah teridentifikasi perbandingan persepsi ibu saat dilakukan PMK dengan menggunakan tiga jenis gendongan PMK yaitu model kantong, thari dan kain panjang. Hasil sekunder adalah untuk mengidentifikasi korelasi antara kecemasan ibu, durasi PMK dan tingkat ekonomi terhadap persepsi ibu tentang tiga jenis gendongan PMK.

Volume 4
Pages 33-41
DOI 10.36916/JKM.V4I1.79
Language English
Journal None

Full Text