Archive | 2021

Uji Daya Hambat Perasan Rimpang Jahe Putih, Kunyit Dan Temulawak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus

 
 

Abstract


Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri berbentuk coccus, Gram positif, tidak berspora, termasuk flora normal pada kulit dan mukosa manusia, namun juga dapat menyebabkan infeksi. Seringkali dalam mengobati infeksi yang disebabkan S. aureus diberikan antibiotik. Penggunaan antibiotik jangka panjang dan dosis berlebihan dapat menyebabkan resistensi antibiotik. Oleh sebab itu, diperlukan alternatif pengobatan selain antibiotik dengan memanfaatkan senyawa alami dari tanaman obat jenis rimpang sebagai antimikroba. Tanaman rimpang yang banyak dimanfaatkan sebagai antimikroba yaitu jahe, kunyit dan temulawak. Jahe, kunyit dan temulawak mengandung senyawa metabolit sekunder jenis kurkumin dan minyak atsiri yang berperan sebagai antioksidan dan antimikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan Daya Hambat Perasan Rimpang Jahe Putih (Zingiber officinale var. Amarum), Kunyit (Curcuma domestica Val.) dan Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri S. aureus. Desain penelitian menggunakan Eksperimental Laboratorium dengan teknik cakram difusi metode Kirby-Bauer dengan pengulangan sebanyak 8 kali. Penelitian dilakukan di Laboratorium STIKes Kesetiakawanan Sosial Indonesia, Jakarta Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata zona hambat perasan jahe putih terhadap S. aureus adalah sebesar 11.00 mm, kunyit sebesar 11.5 mm dan temulawak sebesar 14.13 mm. Dari hasil pengujian menunjukkan perasan temulawak memiliki efektifitas daya hambat paling baik terhadap S. aureus dibandingkan kunyit dan jahe putih.

Volume 2
Pages 1-6
DOI 10.46799/JHS.V2I1.97
Language English
Journal None

Full Text