Archive | 2019

Determinan Sikap Tindak Kekerasan dalam Rumah Tangga di Provinsi Banten

 
 
 

Abstract


Violence against women is a major public health problem worldwide. Result of the National Commission on Violence Against Women’s 2017 mapping showed that violence against women spreads more widely, in various types, causing traumatic scars, and the number continues to grow reaching 348.446 cases. This research aims to analyze the relations between individual, family,\xa0 and\xa0 community\xa0 basis\xa0 with\xa0 supportive\xa0 attitude\xa0 toward\xa0 domestic\xa0 violence.\xa0 Domestic violence in Banten Province is relatively high, from 2010 to September 2017 reaching 442 cases. Data analysis was carried out on married men and women, a total of 1.876 in Banten Province’s 2012\xa0 Indonesian\xa0 Demographic\xa0 Health\xa0 Survey.\xa0 IDHS\xa0 used\xa0 a\xa0 cross-sectional\xa0 design\xa0 and\xa0 the statistical analysis employed logistic regression. The results showed that supportive attitude were widely welcomed at individual basis (women younger age, low education, younger of age at first marriage, and living in rural areas) as well as at family basis (being a sole decision maker). Abstrak Kekerasan\xa0 terhadap\xa0 perempuan\xa0 merupakan\xa0 masalah\xa0 kesehatan\xa0 masyarakat\xa0 yang utama di seluruh dunia. Hasil pemetaan Komnas Perempuan tahun 2017 di seluruh Indonesia, menunjukkan bahwa persebaran kekerasan terhadap perempuan semakin luas, bentuknya semakin beragam, bekas traumanya\xa0 mendalam, dan jumlahnya terus berkembang mencapai 348.446 kasus. Kekerasan dalam rumah tangga di Provinsi Banten tergolong tinggi terhitung dari tahun 2010 hingga September 2017 mencapai 442 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor individu, keluarga, dan masyarakat dengan sikap setuju terhadap kekerasan dalam rumah tangga. Analisis data dilakukan pada responden laki-laki dan perempuan menikah sebanyak 1.876 orang di Provinsi Banten pada Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan analisis statistik menggunakan regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap setuju lebih diterima secara luas pada faktor individu (perempuan, orang berusia lebih muda, orang berpendidikan rendah, menikah muda, status ekonomi rendah, dan tinggal di pedesaan) dan faktor keluarga (pengambilan keputusan tunggal).

Volume 9
Pages 173-189
DOI 10.46807/aspirasi.v9i2.1113
Language English
Journal None

Full Text