TIRTAMATH: Jurnal Penelitian dan Pengajaran Matematika | 2021

Analisis Kemandirian Belajar Matematika Pada Siswa Kelas IX SMPN 7 Kota Serang Ditinjau Berdasarkan Gender

 
 
 

Abstract


Situasi kehidupan saat ini sudah semakin mengarah pada kehidupan dunia global. Kehidupan yang mengarah pada arus dunia global ini banyak membawa dampak negatif pada masyarakat yang belum siap menerimanya. Oleh karena itu, saat ini masyarakat perlu membentengi dirinya dengan memiliki sikap kemandirian. Seseorang yang mempunyai sikap kemandirian berarti orang tersebut mampu mengontrol dirinya sendiri, bertanggung jawab pada dirinya sendiri tanpa tergantung orang lain. Selain itu seseorang yang memiliki sikap kemandirian juga terlihat dari tindakan yang dilakukannya berdasarkan inisiatifnya sendiri karena dilandasi rasa kepercayaan diri yang dimilikinya. Sikap kemandirian ini sangat penting dimiliki oleh seseorang khususnya para remaja, hal ini dikarenakan para remaja merupakan kelompok yang paling rentan terbawa arus dunia global. Para remaja yang merupakan kelompok paling rentan terbawa arus dunia global, hal ini dikarenakan masa remaja adalah masa pencarian jati diri, oleh karena itu kemandirian seseorang sangat penting dibangun pada masa-masa ini. Kemandirian belajar merupakan salah satu unsur yang penting dalam pembelajaran. Kemandirian menekankan pada aktivitas siswa dalam belajar yang penuh tanggung jawab atas keberhasilan dalam belajar. Siswa yang memiliki kemandirian yang kuat tidak akan mudah menyerah. Sikap kemandirian dapat ditunjukkan dengan adanya kemampuan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tingkah laku. Dengan adanya perubahan tingkah laku maka siswa juga memiliki peningkatan dalam berfikir, menganggap bahwa dalam belajar harus bisa mandiri tanpa mengandalkan bantuan dari orang lain terus dan juga tidak menggantungkan belajar dari guru saja, tapi belajar juga bisa dari media cetak, elektronik, alam, atau yang lainnya. Mohammad Takdir Ilahi (2012 : 188), sikap mandiri akan membawa anak didik pada sebuah kesuksesan selama menempuh jenjang pendidikan. Di lembaga sekolah, mereka dilatih dan dibina secara mental dan fisik agar menjadi pribadi yang siap berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) pada masa depan dan tentunya diimbangi dengan bekal ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang dapat diandalkan untuk membuktikan bahwa anak didik tersebut memiliki potensi. Menurut Sugandi (2013) kemandirian belajar siswa merupakan hal yang turut menentukan berhasilnya pengimplementasian pembelajaran dan turut menentukan pencapaian hasil belajar, hal ini cukup beralasan karena pembelajaran yang menciptakan situasi pemecahan masalah sangat diperlukan kemandirian siswa dalam belajar. Ditambahkan pula menurut Isnaini, dkk (2018) kemandirian belajar adalah kondisi aktifitas belajar siswa yang mandiri tidak tergantung pada orang lain. Dengan kemandirian belajar siswa dapat menilai kemampuan diri sendiri akan memahami, menalar, dan mengerjakan suatu soal atau masalah Pentingnya kemandirian belajar didukung oleh pendapat beberapa pengamat dan praktisi pendidikan. Kemandirian merupakan kemampuan seseorang yang meliputi mengolah informasi, memecahkan masalah, memotivasi dan membuat keputusan (Boekaerts, R. Pintrich, & Zeidner, 2000). Menurut Tandiling menyatakan bahwa kemandirian belajar siswa ikut menentukan keberhasilan belajar matematika siswa. Selain itu, menurut Tahar (2006) juga mengungkapkan bahwa kemandirian merupakan sikap yang mendorong siswa belajar dengan motivasi sendiri, kemampuan mengatur diri sendiri untuk menyelesaikan masalah dan mempertanggung-jawabkan hasil keputusannya. Sedangkan menurut\xa0 Yunita, Kohar, & Refnida (2007) kemandirian belajar dapat diasah dengan terlebih dahulu memahami pengetahuan tentang dirinya, subjek yang dipelajari, tugas, strategi belajar, dan penerapan subjek yang dipelajari. Kemandirian belajar yang baik mampu mempengaruhi hasil belajar ke arah yang lebih baik dari pada sebelumnya karena dorongan belajar berasal dari diri siswa. Menurut Sumarmo (2006: 5) dengan kemandirian, siswa cenderung belajar lebih baik, mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif, menghemat waktu secara efisien, akan mampu mengarahkan dan mengendalikan diri sendiri dalam berfikir dan bertindak, serta tidak merasa bergantung pada orang lain secara emosional. Siswa yang mempunyai kemandirian belajar mampu menganalisis permasalahan yang kompleks, mampu bekerja secara individual maupun bekerja sama dengan kelompok, dan berani mengemukakan gagasan. Kemandirian belajar juga merupakan tugas pendidikan sebagaimana telah dijelaskan dalam UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasioanal pasal 3 yaitu pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk manusia Indonesia yang bermartabat dalam rangka 3 mencerdasakan kehidupan bangsa. Pendidikan juga bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, menjadi warga Negara yang demokratis, bertangung jawab serta mandiri. Penjabaran fungsi pendidikan di atas menyatakan bahwa kemandirian siswa menjadi hal yang penting dan perlu dicapai dalam sebah proses pendidikan, aspek kemandirian yang menjadi tujuan pendidikan tentunya bukan saja kemandirian secara umum, namun juga kemandirian dalam belajar yang merupakan bagian dari pendidikan itu sendiri. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemandirian pada seseorang menurut Masrun yaitu: usia, jenis kelamin, konsep diri, pendidikan, keluarga, interaksi sosial. Bila ditinjau dari jenis kelamin, tentunya akan ditemukan perbedaan kemandirian antara laki-laki dan perempuan dilihat dari pandangan masyarakat laki-laki lebih mandiri dari perempuan. Perbedaan tersebut karena orang tua dalam meperlakukan anak laki-laki dalam kehidupan sehari-hari, lebih cenderung memberikan perlindungan yang besar terhadap anak perempuan daripada laki-laki, hal inilah yang menyebabkan timbulnya anggapan masyarakat bahwa anak laki-laki lebih mandiri daripada perempuan. Ciri-ciri yang mendasar pada laki-laki dan perempuan menurut Hurlock dalam Windi secara fisik perempuan dan lakilaki berbeda dalam beberapa segi diantaranya dalam segi biologis perempuan memiliki kemampuan untuk mengandung dan melahirkan anak, memiliki tulang pinggul yang lebih besar dan kadar kandungan lemak yang lebih tinggi daripada laki-laki sedangkan laki-laki memiliki tubuh yang lebih kekar dan dada yang bidang, tenaga yang kuat dan otot-otot yang lebih menonjol, Anak perempuan lebih dulu berkembang tetapi setelah menginjak masa remaja, laju pertumbuhan fisik tidak sebesar laki-laki. Laki -laki dan perempuan mempengaruhi perilaku sikap dan peranan yang berbeda di masyarakat seperti laki-laki lebih mandiri, kuat, agresif, dan mampu berkompetisi, tegas dan dominan sedangkan perempuan lebih bergantung, sensitif, keibuan serta bisa menekan dorongan agresif dan seksual kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari terlihat bahwa orang tua maupun masyarakat memperlakukan anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Perbedaan kemandirian remaja perempuan dan laki-laki tidak hanya didapatkan saat berada di sekolah, namun kemandirian juga bisa di latih di luar sekolah. Kemandirian disekolah berkaitan dengan peraturan yang ada di sekolah serta sistem pengajaran yang ada dapat memberikan perkembangan kemandirian kepada siswa. Menurut informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan guru matematika kelas IX SMPN 7 Kota Serang siswa masih memiliki kemandirian belajar cukup rendah. Dijelaskan lebih lanjut siswa cenderung kurang inisiatif dalam belajar ketika menghadapi tugas-tugas baru yang ditugaskan oleh guru matematik. Tidak semua siswa bisa menuntaskan tugas yang diberikan, apalagi disaat kondisi pandemic ini belajar secara online \xa0siswa dituntut untuk mandiri belajar dirumah. Adapun tugas-tugas yang dikerjakan belum diselesaikan dengan baik, beberapa tugas tidak terselesaikan pada umumnya, meskipun sudah ada panduan pengerjaan tugas yang berikan agar mudah dipahami. Dalam pembelajaran online seperti ini dalam pengumpulan tugas hanya 60% yang mengerjakan tepat waktu. Begitu juga saat pembelajaran online dengan media google meet hanya 60% saja siswa yang mengikuti. Saat pembelajaran hanya sedikit siswa yang bertanya tentang materi yang disampaikan oleh guru, namun saat diberikan tugas baru siswa merasa kesulitan mengerjakannya.\xa0 Oleh sebab itu peneliti akan melakukan tentang permasalahan kemandirian belajar matematik pada siswa kelas SMPN 7 Kota Serang jika dikaitkan berdasarkan gender .

Volume None
Pages None
DOI 10.48181/TIRTAMATH.V3I1.8954
Language English
Journal TIRTAMATH: Jurnal Penelitian dan Pengajaran Matematika

Full Text