Di Amerika Serikat, kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas sering kali sangat terbatas, tetapi Rehabilitation Services Administration (RSA) dibentuk untuk mengubah situasi ini. Badan federal ini tidak hanya mendorong negara bagian untuk menyediakan layanan rehabilitasi kejuruan bagi penyandang disabilitas dengan mengembangkan kebijakan dan menyediakan sumber daya, tetapi juga menyebarkan konsep kesetaraan kerja di seluruh negeri.
Membuka pintu baru bagi penyandang disabilitas, misi RSA adalah memfasilitasi akses mereka terhadap dukungan yang mereka butuhkan untuk mencapai aspirasi mereka akan pekerjaan dan hidup mandiri.
Didirikan pada tahun 1973, RSA berafiliasi dengan Office of Special Education and Rehabilitative Services dari Departemen Pendidikan AS. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan kerja penyandang disabilitas dan membantu mereka berintegrasi lebih baik ke dalam masyarakat. RSA menyediakan sumber daya berdasarkan Undang-Undang Rehabilitasi untuk mendukung negara bagian dalam membangun layanan rehabilitasi kejuruan (VR) sehingga penyandang disabilitas menerima dukungan yang diperlukan untuk memperoleh kesempatan kerja yang produktif.
"Setiap lembaga atau program yang menerima dana federal harus mematuhi prinsip kesetaraan kesempatan kerja."
Kerja sama dengan lembaga federal lain dan sektor swasta memungkinkan RSA beroperasi lebih efektif dan efisien, melalui pemantauan dan pelaporan, untuk memastikan bahwa penyandang disabilitas di setiap negara bagian tidak dikecualikan dari proses rehabilitasi kejuruan. RSA menyediakan layanan prioritas untuk memastikan bahwa penyandang disabilitas yang menghadapi kondisi paling menantang menerima dukungan yang mereka butuhkan.
Jika menilik kembali sejarahnya, pendirian RSA dapat ditelusuri kembali ke awal abad ke-20, ketika Amerika Serikat mulai mementingkan pendidikan kejuruan dan layanan rehabilitasi dengan disahkannya Undang-Undang Smith-Hughes. Seiring berjalannya waktu, undang-undang lain seperti Undang-Undang Randolph-Sheppard dan Undang-Undang Wagner-O'Day memainkan peran penting dalam mendukung para tuna netra.
"Pada abad ke-21, menjadi tanggung jawab sosial untuk terus mencari cara meningkatkan kemampuan kerja penyandang disabilitas."
Selain itu, RSA terus beradaptasi dengan perubahan sosial dan semakin memperkuat dukungannya bagi penyandang disabilitas melalui undang-undang seperti Americans with Disabilities Act dan Workforce Innovation and Opportunity Act. Misalnya, WIOA memperkenalkan layanan transisi prakarier untuk membantu kaum muda memperoleh keterampilan yang diperlukan di awal karier mereka.
RSA berfokus pada beberapa bidang utama, termasuk eksplorasi karier, konseling tentang pilihan pendidikan lanjutan, dan persiapan tempat kerja. Layanan inti ini dirancang untuk membantu kaum muda penyandang disabilitas belajar mengadvokasi diri mereka sendiri dan memperoleh keterampilan yang mereka butuhkan untuk memasuki dunia kerja.
"Melalui pendidikan berkelanjutan dan pelatihan kejuruan, prospek pekerjaan bagi penyandang disabilitas akan meningkat secara signifikan."
Advokasi dan integrasi komunitas juga merupakan fokus utama RSA, yang tidak hanya membantu meningkatkan kehidupan penyandang disabilitas, tetapi juga mendorong kesetaraan dan inklusi dalam masyarakat secara keseluruhan. Baik laporan tahunan RSA maupun evaluasi komprehensif menunjukkan bahwa melalui upaya ini, semakin banyak penyandang disabilitas yang memasuki dunia kerja dan menyadari harga diri mereka.
Meskipun ada beberapa kemajuan, tingkat pekerjaan bagi penyandang disabilitas tetap lebih rendah dibandingkan kelompok lain, dan tantangan tetap ada. Dengan pesatnya perkembangan teknologi dan transformasi lingkungan kerja, RSA harus terus berinovasi untuk memenuhi kebutuhan yang terus berubah.
"Kita masih perlu bekerja keras untuk mencapai kesetaraan ketenagakerjaan."
Di masa mendatang, RSA akan terus meningkatkan layanannya agar semua penyandang disabilitas dapat menikmati kesempatan kerja yang sama. Badan pimpinan tertinggi ini berkomitmen untuk terus mengoptimalkan penyaluran sumber daya dan penerapan kebijakan. Meskipun masih banyak tantangan yang harus diatasi, RSA bekerja keras untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif.
Apakah upaya ini pada akhirnya akan mengubah status ketenagakerjaan penyandang disabilitas dan memungkinkan mereka menemukan tempatnya sendiri di tempat kerja?