Badai Katrina pada bulan Agustus 2005 tidak diragukan lagi merupakan salah satu bencana alam paling dahsyat dalam sejarah AS. Siklon tropis yang dahsyat ini menewaskan 1.392 orang dan menyebabkan kerugian sekitar $125 miliar, khususnya di dan sekitar New Orleans. Katrina merupakan salah satu siklon tropis termahal yang pernah tercatat, setara dengan Badai Harvey tahun 2017.
"Banyak daerah menjadi tidak dapat dihuni dan hancur dalam hitungan minggu."
Sejarah pembentukan Katrina juga menarik. Badai ini bermula pada tanggal 19 Agustus 2005, ketika gelombang tropis bergabung dengan sisa-sisa depresi tropis. Jalur awalnya menuju Florida, tetapi dengan cepat meningkat saat memasuki Teluk Meksiko. Pada saat Katrina menjadi badai Kategori 5, kecepatan anginnya mencapai 175 mph.
Bencana terbesar Badai Katrina adalah banjir yang disebabkan oleh cacat desain teknik, terutama kegagalan sistem tanggul di sekitar New Orleans, yang menyebabkan 80% kota terendam banjir dalam beberapa minggu. Banjir besar menghancurkan sebagian besar infrastruktur transportasi dan komunikasi, menyebabkan penduduk yang gagal mengungsi sebelum badai melanda, menghadapi kekurangan makanan dan tempat tinggal.
"Tanggapan darurat terhadap bencana tersebut dikritik secara luas, yang menyebabkan banyak pejabat pemerintah mengundurkan diri."
Bencana tersebut memicu operasi penyelamatan terfokus di dalam dan luar negeri, termasuk tanggapan darurat komprehensif dari pemerintah federal dan lokal. Investigasi selanjutnya mengungkapkan bahwa Korps Zeni Angkatan Darat AS disalahkan atas desain yang buruk, tetapi akhirnya dinyatakan tidak dapat memikul tanggung jawab finansial karena kekebalan kedaulatannya berdasarkan Undang-Undang Pengendalian Banjir 1928. Kepala Badan Manajemen Darurat Federal (FEMA) dan kepala polisi New Orleans mengundurkan diri sebagai akibatnya.
Para ahli meteorologi memuji prakiraan akurat yang dibawa oleh Katrina, terutama berbagai prediksi akurat Pusat Badai Nasional tentang jalur dan intensitas badai, yang memberi lebih banyak orang kesempatan untuk mencari perlindungan dan mengungsi.
"Perhitungan biaya bencana ini mungkin tak terbatas, karena banyak kematian yang tidak langsung dan tidak dapat dihitung secara akurat."
Menurut Pusat Badai Nasional, terdapat ketidakpastian yang cukup besar tentang jumlah korban tewas akibat Katrina. Hingga hari ini, 135 orang masih dianggap hilang, dan berbagai laporan kematian bervariasi hingga ratusan. Pada tahun 2014, sebuah studi menyesuaikan jumlah korban tewas Katrina menjadi 1.392.
Badai Katrina tidak hanya meninggalkan catatan tersendiri dalam sejarah Amerika, tetapi juga mendorong komunitas meteorologi untuk lebih memerhatikan hubungan antara perubahan iklim dan cuaca ekstrem. Pembentukan, intensitas, dan perilakunya mencerminkan kemungkinan terjadinya siklon tropis yang lebih sering dan intens akibat perubahan iklim.
Langkah-langkah kesiapsiagaan darurat selama Badai Katrina juga menjadi bagian penting dari analisis. Unit manajemen darurat di berbagai negara bagian mengaktifkan status darurat sebelum badai. Namun, karena sumber daya yang tidak mencukupi dan komando yang buruk, banyak penduduk gagal melakukan evakuasi secara efektif.
"Dalam menghadapi bencana, banyak orang kehilangan nyawa karena kita gagal mempersiapkan diri secara memadai."
Oleh karena itu, para ahli terkait membahas cara meningkatkan sistem tanggap darurat di masa mendatang, dengan harapan dapat mencapai hasil yang lebih baik dalam menghadapi bencana serupa.
Dampak Badai Katrina tidak terbatas di Amerika Serikat, tetapi juga meluas ke Bahama dan Kuba. Meskipun Kuba mengalami kerusakan yang relatif kecil, Katrina pada dasarnya menyebabkan banyak rumah dan infrastruktur rusak.
Badai Katrina bukan hanya contoh bencana alam yang mencengangkan, tetapi juga peringatan tentang bagaimana manusia menanggapi bencana alam. Sudahkah kita cukup belajar dari ini untuk mencegah situasi serupa terjadi di masa mendatang?